MURIANETWORK.COM - Proyek Coretax, sebuah inisiatif besar yang digadang-gadang mampu meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam sistem perpajakan Indonesia, kembali menjadi sorotan. Namun, kali ini bukan karena keberhasilannya, melainkan karena besarnya anggaran yang dikeluarkan serta kinerja yang dipertanyakan. Berdasarkan informasi terbaru, total dana yang dihabiskan untuk proyek ini mencapai Rp 1,6 triliun, termasuk tambahan dana sebesar Rp 300 miliar yang dialokasikan khusus untuk membiayai 169 pegawai Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang ditugaskan mengawal proyek ini.
Anggaran Besar, Kinerja Minim
Sebelumnya, publik telah mengetahui bahwa proyek Coretax menghabiskan dana sebesar Rp 1,352 triliun. Namun, temuan terbaru mengungkapkan adanya tambahan dana sebesar Rp 300 miliar yang dikeluarkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Dana ini dialokasikan untuk membiayai 169 pegawai DJP yang diberi tugas khusus mengawal pelaksanaan proyek Coretax. Dengan demikian, total anggaran yang dikeluarkan untuk proyek ini mencapai Rp 1,6 triliun.
Pertanyaan besar muncul: mengapa diperlukan dana tambahan sebesar Rp 300 miliar hanya untuk membiayai 169 orang? Apakah tugas mereka sedemikian berat hingga membutuhkan biaya sebesar itu? Padahal, proyek ini sudah dianggap selesai dengan anggaran awal Rp 1,352 triliun. Namun, ternyata masih ada internal yang ditunjuk khusus untuk mengawal proyek ini, dan biayanya tidak sedikit.
Proyek Mahal yang Rusak di Hari Pertama
Yang lebih memprihatinkan adalah fakta bahwa aplikasi Coretax, yang menghabiskan dana hingga Rp 1,6 triliun dan melibatkan ratusan tenaga ahli, justru mengalami kerusakan di hari-hari pertama pelaksanaannya. Hal ini tentu menimbulkan tanda tanya besar tentang efektivitas dan efisiensi penggunaan dana sebesar itu. Bagaimana mungkin proyek dengan anggaran fantastis justru gagal memberikan hasil yang optimal?
Kerusakan di hari pertama pelaksanaan juga mengindikasikan adanya masalah serius dalam tahap pengujian dan implementasi. Apakah proses pengawasan dan evaluasi proyek ini dilakukan dengan baik? Ataukah ada celah-celah yang luput dari perhatian, sehingga mengakibatkan kegagalan di tahap awal?
Artikel Terkait
Hamas Tolak Resolusi PBB Soal Gaza: Ini Penjajahan Gaya Baru
Menguak Fondasi Kekayaan Muhammadiyah: Dari Amal Usaha hingga Warisan Etos Kiai Dahlan
Eksodus Calon Guru: Alarm Darurat bagi Masa Depan Bangsa
Hotel Darurat di Stasiun Cikarang: Pengorbanan Lembur Para Pekerja yang Terjebak di Antara Jadwal Kereta