Pontianak - Di usia yang nyaris tak terbayangkan, seratus tahun, seorang nenek dari pedalaman Sekadau, Kalimantan Barat, justru mendapat sorotan nasional. Yohana, namanya. Rabu lalu, tepatnya 17 Desember 2025 di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta, ia berdiri dengan khidmat menerima penghargaan dari Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Ia dinobatkan sebagai Pelestari Tenun Kebat Dayak Mualang dalam Anugerah Kebudayaan Indonesia.
Momen itu bukan sekadar seremoni belaka. Bagi Yohana, ini adalah puncak dari perjalanan panjangnya menjaga sehelai warisan. Ia adalah maestro, perajin senior yang nyaris seumur hidupnya akrab dengan benang dan motif. Tenun Kebat bukan cuma kain baginya, melainkan napas budaya leluhur Suku Dayak Mualang yang ia jaga mati-matian.
Sebenarnya, penghargaan untuknya bukan yang pertama. Sebelum menteri yang memberinya kehormatan, Gubernur Kalbar Ria Norsan sudah lebih dulu mengakui dedikasinya. Di Pendopo Gubernur, ia pernah menerima Piagam Anugerah Maestro. Alasannya jelas: Yohana tak pelit ilmu. Di Dusun Kumpang Ilong, Kecamatan Belitang Hulu, ia dengan sabar membina anak-anak muda agar tak putus mata rantai pengetahuan menenun ini.
Kini, berkat tangan-tangan seperti Yohana, filosofi dan motif khas Dayak Mualang yang telah hidup ratusan tahun itu akhirnya makin dikenal. Pengakuan nasional yang diterimanya seolah mengukuhkan bahwa warisan takbenda itu masih bernyawa, dan penjaganya ada di pelosok Sekadau.
Artikel Terkait
KPK Amankan Bupati Bekasi dalam Operasi Dini Hari
Ketika Uang Berhenti Bergerak: Dilema Ekonomi di Tengah Gelombang Pesimisme
Rusia Ingatkan Trump Soal Venezuela: Jangan Lakukan Kesalahan Fatal
KPK Serahkan Jaksa dan Rp 900 Miliar ke Kejagung Usai OTT Banten