Pusing, batuk, atau perut melilit? Saat rasa tak enak badan menyerang di tengah kesibukan, solusi yang paling sering kita ambil adalah mampir ke apotek. Ambil obat bebas, bayar, lalu berharap keluhan itu cepat hilang. Memang, untuk gejala-gejala ringan seperti itu, kita sering merasa bisa mengatasinya sendiri. Tapi di sinilah masalahnya: label "bebas" pada obat kerap disalahartikan. Banyak yang mengira obat-obatan ini bisa dikonsumsi sesuka hati, layaknya permen. Padahal, peran apoteker di balik konter itu justru sangat krusial.
Obat bebas dan obat bebas terbatas itu punya aturan mainnya sendiri. Ada dosis yang harus dipatuhi, ada risiko efek samping yang mungkin muncul. Ambil contoh parasetamol. Obat penurun panas ini terlihat sederhana, tapi konsumsi yang berlebihan justru bisa membebani dan merusak hati. Atau obat flu kombinasi, yang jika diminum sembarangan bersamaan dengan obat lain, bisa memicu reaksi yang tak diinginkan. Intinya, meski tanpa resep, konsumsinya tidak boleh serampangan.
Nah, di sinilah apoteker bekerja. Mereka bukan sekadar penjaga toko yang menyerahkan barang dari rak. Ketika Anda datang mengeluh, serangkaian pertanyaan akan diajukan. Gejala apa yang dirasakan? Sudah berapa lama? Apakah ada kondisi khusus, seperti hamil atau sedang minum obat lain? Semua informasi ini penting untuk memastikan obat yang diberikan aman dan tepat sasaran.
Menurut sejumlah apoteker, edukasi adalah bagian terpenting yang sering terlewat.
Artikel Terkait
Mantan Bupati Sleman Diadili, Dana Hibah Pariwisata Dituding Dijadikan Mesin Suara
Prabowo Tinjau Langsung Kerusakan Akibat Banjir dan Longsor di Sumbar
Jembatan Gantung 150 Meter Dibangun di Pidie Jaya, Jawab Isolasi Pascabencana
Jumhur Hidayat Kagumi Harmoni Buruh-Manajemen di Kebun Sawit Cargill