Sudah delapan puluh tahun kita merdeka. Justru yang terjadi, gunung-gunung itu malah dibabat. Sungai berubah jadi selokan raksasa, sementara utang negara menumpuk bagai bukit. Infrastruktur? Dibangun asal-asalan, lalu ambruk tak lama kemudian.
Nah, ini yang perlu dicatat. Salahnya bukan lagi pada penjajah zaman dulu. Bukan. Kerusakan yang kita saksikan sekarang adalah ulah tangan-tangan serakah di masa kini.
Menurut sejumlah saksi dan laporan, hutan-hutan diperjualbelikan. Tambang digali begitu dalam sampai seolah perut bumi terkoyak. Laut pun tak luput, dikeruk habis-habisan sampai banyak nelayan kehilangan mata pencaharian, bahkan nyawa.
Di sisi lain, rakyat kecil terus diiming-imingi kata sabar dan ikhlas. Sementara itu, segelintir orang lain berdasi rapi, duduk empuk di kursi nyaman. Mereka kenyang, tapi dari penderitaan bangsanya sendiri.
Artikel Terkait
Gelar Perkara Ijazah Jokowi Digelar, Kuasa Hukum Tegaskan: Ini Bukan Pembuktian
Delapan Hari Menembus Neraka Banjir Aceh: Kisah Heru yang Pulang dengan Luka dan Syukur
Indonesia Kutuk Keras Penembakan Brutal di Bondi, Soroti Izin Senjata Legal Pelaku
Kagama App Resmi Diluncurkan, Wadah Digital Alumni UGM Kian Guyub