Di Balik Lumpur, Warga Aceh Tamiang Bertahan dengan Uluran Tangan di Pinggir Jalan

- Rabu, 10 Desember 2025 | 10:42 WIB
Di Balik Lumpur, Warga Aceh Tamiang Bertahan dengan Uluran Tangan di Pinggir Jalan

Genan menyebut bantuan yang datang sebenarnya banyak. "Tapi entah ke mana bantuan-bantuan itu," ucapnya singkat.

Dodi lalu menambahkan dengan lebih detail. "Bantuan banyak masuk, cuma enggak jelas… selip. Jadi gini, selipnya: banyak di desa-desa itu hilang, enggak tahu ke mana. Tidak sesuai dengan bantuan yang ada. Tidak ada yang sesuai."

Karena merasa tak mendapat bantuan yang memadai, warga pun memilih berkerumun di jalan raya. Cut menuturkan, itu adalah satu-satunya cara. "Beginilah kami apa adanya, tunggu, menunggu. Ini makan dari nunggu-nunggu orang di jalan, siapa yang lewat dikasih. Kalau nunggu di kampung, enggak makan kami," katanya.

Namun begitu, di tengah kesulitan yang mencekik, semangat mereka belum sepenuhnya padam. Dodi, Cut, dan Genan masih bisa sesekali tertawa kecil. Mereka bahkan berseloroh bahwa diri mereka sudah mirip kambing.

"Sebabnya sejak banjir, kami jarang mandi," jelas Dodi sambil terkekeh. "Air minum sih ada. Kalau air bersih untuk mandi pakai air sungai, air hujan. Kami udah jadi kambing enggak mandi."

Cut kemudian menambahkan, menggambarkan kerugian yang mereka tanggung. "Kami semiskin-miskinnya. Anak-anak tidak sekolah, buku-buku, baju, barang-barang pergi semuanya. Sudah habis semua."

Di ujung percakapan, harapan mereka sebenarnya sederhana. Mereka berharap bantuan bisa sampai ke tangan yang tepat, tidak lenyap di jalan. Dan mereka berdoa harga-harga bahan pokok segera normal kembali. Bukan untuk kemewahan, tapi sekadar agar bisa hidup sehari lagi.


Halaman:

Komentar