Di balik semua keributan ini, Gus Yahya mengingatkan satu hal penting: NU milik Allah SWT. Karena itu, semua pihak harus berpegang pada hukum yang berlaku, baik secara agama maupun negara. "NU ini punyanya Allah SWT ini pasti," ucapnya singkat.
Sementara itu, di tempat lain, situasi terus bergulir. Syuriyah PBNU disebut-sebut akan menggelar rapat pleno di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, pada 9-10 Desember 2025. Agenda utamanya? Menentukan Penjabat Ketua Umum pengganti Gus Yahya.
Rapat itu sendiri bukan tanpa dasar. Ada surat resmi bernomor 4799/PB.02/A.I.01.01/99/12/2025 yang sudah beredar, ditandatangani oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dan Katib Syuriyah KH Ahmad Tajul Mafakhir (Gus Tajul) pada 2 Desember lalu. Dua poin akan dibahas: penyampaian hasil rapat harian Syuriyah, dan penetapan Pj Ketum.
Nah, sekarang tinggal menunggu. Apakah musyawarah akan menemui titik terang, atau justru berujung di meja hijau? Gus Yahya sudah siap dengan opsi terakhir. Tapi yang jelas, pertarungan ini belum berakhir.
Artikel Terkait
Tiga Kawasan Wisata Jogja Masuk Peta Rawan Longsor, Dinas Pariwisata Pastikan Tetap Aman
Libur Akhir Tahun 2025, Pemerintah Daerah yang Tentukan Jadwalnya
Tragedi Gedung Terra Drone: Polisi Selidiki Kemungkinan Kelalaian di Balik 22 Korban Jiwa
Prank Listrik Aceh Picu Desakan Pecat Bahlil dan Dirut PLN