Respon dari peserta pelatihan sendiri cukup positif. Salah satunya, Achmad Mu’arif, seorang guru yang ikut serta.
Tak cuma soal alat, para guru juga dibekali lembar pemantauan harian. Lembar sederhana ini berguna untuk mencatat detail setiap sesi, mulai dari durasi hingga tingkat kenyamanan anak. Dengan pencatatan rutin, terapi bisa lebih dipersonalisasi sesuai kebutuhan tiap siswa.
Kepala Yayasan Mutiara Hati, Drs. Handoko, turut menyambut baik inisiatif ini. Ia mengapresiasi pendampingan yang diberikan ITS.
Secara lebih luas, kegiatan semacam ini sejalan dengan upaya global mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs. Kontribusi ITS ini menyentuh poin ketiga tentang kehidupan sehat, dan juga poin kesepuluh, yaitu upaya mengurangi kesenjangan di masyarakat. Sebuah langkah kecil yang bermakna, dimulai dari ruang kelas.
Artikel Terkait
Billie Eilish Berhadapan dengan Miliarder AS, Tegaskan Dukungan untuk Palestina Tak Bisa Ditawar
Sjafrie Siap Berantas Pengkhianat di Balik Tambang Indonesia
UIKA Championship 2025 Sukses Digelar, Siap Naik Kelas Jadi Ajang Internasional
Cak Imin: Banjir Sumatera Alarm Keras Kelalaian Kita pada Alam