Pertemuan di UGD itu benar-benar jadi awal baru buat Fitrah. Hidupnya nggak cuma soal investigasi lagi, tapi juga soal hati. Nomor Arine, si perawat, sekarang jadi yang paling sering dihubungi di ponselnya. Janji ngopi akhirnya kesampean, dan dari situ, hubungan mereka berkembang. Perlahan sih, tapi pasti. Kayak berita viral yang tiba-tiba meledak.
Kalau dunia politik yang ditinggalkan Fitrah itu keras dan penuh intrik, Arine adalah kebalikannya. Dia itu ketenangan. Bagi jiwa Fitrah yang semrawut, kehadiran Arine bagai obat penenang yang paling mujarab. Padahal sibuk ngurus nyawa orang, Arine selalu bisa nyempatin diri dengerin cerita Fitrah. Entah soal idealisme di dunia jurnalistik, atau soal trauma masa lalu yang masih nyangkut.
"Kamu terlalu keras sama diri sendiri, Fit,"
Suatu sore di kafe kecil, Arine bilang begitu. Suaranya lembut. "Nggak semua orang jahat, kok. Di sini," dia menepuk dada Fitrah pelan, "kamu punya hati yang baik."
Ucapan itu bener-bener nyampe. Buat pertama kalinya sejak skandal besar itu, Fitrah merasa ada yang ngerti. Benar-benar ngerti, tanpa prasangka. Dia akhirnya nemuin teman sejati, bukan cuma sekadar pacar.
Namun begitu, jalan mereka nggak selalu mulus. Coba aja bayangin, jadwal wartawan dan perawat itu suka kayak tabrakan beruntun. Kencan mereka sering banget kepotong. Kadang karena panggilan darurat dari rumah sakit buat Arine, atau deadline berita dadakan yang harus Fitrah kejar.
Cobaan terberat datang beberapa bulan kemudian. Banjir besar melanda kota, bikin keadaan kacau balau. Fitrah ditugasin liput posko pengungsian dan UGD yang penuh sesak. Dan di sana, di tengah kerumunan, dia nemuin Arine lagi.
Perawat itu masih pakai seragam, basah kuyup dan wajahnya lelah banget. Tapi matanya tetap tajam, penuh dedikasi.
"Arine! Kamu baik-baik saja?" Fitrah teriak, hati nya langsung dag-dig-dug.
"Aku harus bantu di sini, Fit. Pasien terus berdatangan," jawab Arine. Suaranya serak karena kecapean.
Di tengah hujan dan kepanikan itu, Fitrah melihat sesuatu. Dia lihat betapa Arine nggak kenal lelah, bolak-balik nolongin pasien, menenangkan warga. Fitrah yang udah biasa dengan beragam kasus, malah terharu. Dia lupa sebentar soal liputannya, dan memutuskan bantu Arine semampunya. Angkat air minum, tenangin anak-anak, apalah. Jadi asisten dadakan.
Artikel Terkait
Tito Karnavian: KTP Elektronik Harus Menjangkau Sampai ke Ujung Negeri
Mendikdasmen Turun Langsung ke Aceh Tamiang, Janjikan Dana Revitalisasi untuk Sekolah Korban Banjir
Bupati Aceh Selatan Disanksi Nonaktif Tiga Bulan Usai Umrah Saat Tanggap Darurat
Tri Tito Karnavian: Fondasi Indonesia Emas Dimulai dari Keluarga