Coba bayangkan. Kita yang sehari saja tanpa kuota internet sudah gelisah. Sementara saudara-saudara kita di Aceh, Sumut, dan Sumbar sudah hampir sepuluh hari bertahan dalam keadaan yang sulit. Tanpa makanan cukup, kedinginan di siang hari, gelap gulita di malam hari, dan air bersih jadi barang langka. Bisa jadi, ada yang masih memakai baju yang sama sejak hari pertama banjir datang.
Menurut sejumlah saksi, gambaran dahsyatnya bencana ini bisa dilihat dari tanker minyak yang berantakan di jalan atau gajah yang hanyut terbawa arus. Kalau benda sebesar dan sekuat itu bisa terlempar, bagaimana dengan nasib anak-anak dan orang tua yang rentan?
Semoga Allah menerima mereka yang wafat sebagai syuhada. Dan semoga diberikan kekuatan lebih bagi mereka yang masih berjuang untuk bertahan hidup.
Intinya, kalau kita tidak bisa turun tangan membantu, setidaknya jangan menambah beban dengan komentar yang tidak perlu.
Artikel Terkait
DPR Desak Kemendikti Rinci Dampak Banjir-Longsor pada Kampus di Sumatera
Ihsan: Ketika Berbuat Baik Tak Lagi Cukup, Saatnya Menyempurnakan
Bencana Sumatra Picu Desakan Mundur Menteri Kehutanan, Latar Belakang Pendidikan Dipertanyakan
Aturan Anti-Bullying Dijadwalkan Berlaku di Sekolah pada 2025