✍🏻 Saief Alemdar
Ada yang bilang suasana mencekam cuma ada di media sosial. Percayalah, Om, kenyataannya justru sebaliknya.
Keadaan di lapangan jauh lebih mengerikan. Kenapa? Selama seminggu pertama banjir bandang melanda Sumatera, khususnya Aceh, listrik dan jaringan komunikasi benar-benar mati. Putus total. Akibatnya, tak ada satu pun rekaman yang bisa diunggah ke medsos saat itu.
Jadi, "keseraman di timeline" yang baru kita saksikan sekitar hari keempat itu cuma secuil. Itu pun muncul setelah sinyal mulai hidup dan relawan dari luar daerah berdatangan. Kalau mau jujur, kondisi sebenarnya... jauh lebih memilukan.
Dalam bencana seperti ini, hidup bisa berubah drastis dalam sekejap. Orang yang berkecukupan tiba-tiba kehilangan segalanya. Ada yang bekerja keras sejak kecil untuk punya rumah, lalu rumah itu lenyap tersapu air. Kalau bukan karena keyakinan bahwa ada kehidupan akhirat, mungkin mereka sudah tak sanggup bertahan.
Artikel Terkait
DPR Desak Kemendikti Rinci Dampak Banjir-Longsor pada Kampus di Sumatera
Ihsan: Ketika Berbuat Baik Tak Lagi Cukup, Saatnya Menyempurnakan
Bencana Sumatra Picu Desakan Mundur Menteri Kehutanan, Latar Belakang Pendidikan Dipertanyakan
Aturan Anti-Bullying Dijadwalkan Berlaku di Sekolah pada 2025