Stella Christie Soroti Insentif dan Bukti Ilmiah dalam Pendidikan Indonesia

- Minggu, 07 Desember 2025 | 13:25 WIB
Stella Christie Soroti Insentif dan Bukti Ilmiah dalam Pendidikan Indonesia

Masalahnya, insentif karir di kampus sekarang justru lebih menarik di jalur administratif atau politik. Misalnya, menjadi komisaris BUMN. Bandingkan dengan di luar negeri, di mana 80-90% akademisi tetap memilih jadi ilmuwan murni.

“Kita harus bisa menjadi ilmuwan yang paling top dulu baru bisa masuk ke administrasi,” ujarnya.

Tapi, ketika ditanya soal wacana penghapusan hak suara menteri dalam pemilihan rektor atau larangan dosen rangkap jabatan, Stella memilih hati-hati. Ia menolak menjawab langsung.

“Kita harus melakukan system analysis. Kalau kita ambil satunya, apakah itu akan rubuh semua atau memperkuat jaringnya? Kita harus sungguh membuat analisa secara keseluruhan,” paparnya.

Menjalankan tugasnya pun bukan tanpa tantangan. Stella mengakui, budaya takut berbeda pendapat masih kuat.

“Agak sulit kita bisa berbicara terbuka dan mempunyai pandangan yang tidak diampu oleh umum karena sering diserang,” curhatnya.

Meski begitu, ia berkomitmen penuh. Setiap program harus dipikirkan dampaknya, kemungkinan terlaksana, dan tentu saja, resistensi dari masyarakat. “Yang lebih tersampaikan itu dampaknya, bukan resistansinya,” kata ilmuwan yang direkrut langsung Prabowo sejak Februari 2024 ini.

Sebagai program unggulan, Stella juga menjelaskan Sekolah Garuda. Ini adalah proyek yang diampu langsung Presiden sejak 2012. Ada dua model: yang dibangun dari nol dan yang mentransformasi SMA yang sudah ada.

Targetnya ambisius. Hingga 2029, diharapkan ada 20 sekolah. Saat ini, 12 sekolah transformasi sedang digarap, sementara 4 sekolah baru dibangun dengan kapasitas 160 siswa per angkatan.

“Sekolah ini tujuannya untuk membangun sebagai inkubator pemimpin bangsa,” tegas Stella.

Yang membedakannya dengan sekolah unggulan lain adalah empat pilarnya: akses merata, inkubator kepemimpinan, prestasi akademik, dan pengabdian masyarakat. Kurikulumnya pun hybrid, memadukan kurikulum nasional dengan International Baccalaureate (IB) yang terbukti tingkatkan peluang diterima di kampus top dunia.

Di balik semua kerja kerasnya, ada pengorbanan personal yang tidak kecil. Stella harus berpisah dari keluarganya yang masih menetap di Beijing. Ia meninggalkan posisi sebagai profesor tetap di Tsinghua University untuk tugas ini.

“Saya jujur, buat saya pribadi ada banyak pengorbanan. Keluarga saya masih tinggal di Beijing, saya berpisah dari keluarga saya,” ungkap ahli psikologi kognitif ini.

Pertemuan dengan suami, seorang fisikawan teoretis, dan anaknya yang berusia 9 tahun, hanya mungkin saat ada kunjungan kenegaraan ke China. Tapi dukungan dari mereka, katanya, lengkap dan tanpa syarat.


Halaman:

Komentar