Wacana pendidikan di Indonesia kerap berputar pada kurikulum dan fasilitas. Tapi bagi Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, akar masalahnya lebih dalam: soal insentif. Menurutnya, sistem yang ada belum benar-benar memberi rangsangan untuk membangun kemampuan berpikir kritis dan artikulasi siswa.
“Sistem pendidikan kita mungkin belum memberikan insentif yang tepat untuk apa yang ingin kita kembangkan,” ujar Stella dalam sebuah wawancara.
Ia lalu membeberkan sebuah fakta mengejutkan dari penelitiannya. Ternyata, anak usia tiga bulan pun sudah punya benih pemikiran matematika. Lho, kok bisa?
“Yang paling menentukan apakah seseorang di umur 5 tahun mempunyai kemampuan berpikir matematika adalah seberapa banyak orang tuanya berbicara menggunakan cerita-cerita, bahasa-bahasa yang ada unsur matematikanya,” jelasnya.
Praktiknya sederhana saja. Misalnya, menghitung langkah ke sekolah atau membicarakan bentuk sudut saat main puzzle. “Itu adalah bahasa matematika,” katanya.
Namun begitu, Stella merasa pendekatan berbasis bukti seperti ini masih langka di tanah air. Ia melontarkan kritik pedas.
“Di dalam sistem pendidikan kita, kita masih sangat jarang menggunakan evidence base, menggunakan bukti yang sebenarnya sangat tersedia,” kritiknya.
Ia pun mempertanyakan, berapa banyak guru yang akrab dengan ‘learning science’ riset tentang metode pembelajaran paling efektif? Padahal, jawabannya sudah ada jika kita mau melihat data. “Kalau kita mau melihat data dan buktinya, itu ada jawabannya,” tegas Stella.
Di sisi lain, ia mengakui ada progress. Berkat dukungan Presiden Prabowo, dana riset berhasil dinaikkan secara signifikan menjadi Rp3,2 triliun. Angka itu melonjak 218 persen dari periode sebelumnya.
Tapi, ya, perbandingannya dengan negara lain bikin kita harus jujur. Indonesia masih di angka 180 juta dolar AS. Sementara Malaysia sudah 3,24 miliar. Amerika dan China bahkan nyaris satu triliun dolar.
“Masih jauh, Prof, ini kan,” timpal mantan anggota DPR Akbar Faizal yang mewawancarainya.
Stella juga berhasil mengubah aturan hibah riset yang selama ini dinilai kaku. Dulu, peneliti tak boleh menerima insentif apa pun dari dana yang dimenangkan. Sekarang, 50% dari dana itu bisa langsung dinikmati peneliti sebagai bentuk apresiasi.
Membahas soal kampus, Stella sepakat dengan kegelisahan banyak pihak. Dunia perguruan tinggi, katanya, harus dikembalikan ke marwah utamanya: jadi tempat lahirnya inovasi.
“Perguruan tinggi berbeda sekali dengan SMA. Perguruan tinggi itu adalah tempat di mana kita melahirkan inovasi,” jelasnya.
Artikel Terkait
Kudeta di Benin Gagal, Presiden Talon Tetap Berkuasa
Prabowo Tegur Keras Kepala Daerah yang Lari Saat Banjir Aceh
Serangan Drone di TK dan RS Sudan, Puluhan Anak Jadi Korban
Arus Mendadak di Grojogan Sewu Tewaskan Wisatawan