Fitrah dan Kemenangan Pahit di Balik Skandal Dana Bansos

- Sabtu, 06 Desember 2025 | 06:06 WIB
Fitrah dan Kemenangan Pahit di Balik Skandal Dana Bansos

Malam itu, redaksi Kabar Kilat diliputi suasana haru. Bos Top menepuk punggung Fitrah. Wajahnya menunjukkan ekspresi langka: bangga bercampur lega.

"Kamu sudah membuktikan, Fit. Vox populi vox dei. Kemenangan ini bukan cuma untuk kita. Ini untuk warga desa yang kamu temui. Kamu sudah jalankan asas keadilan sosial dengan baik."

Fitrah cuma tersenyum. Pikirannya melayang. Ia teringat wajah-wajah warga desa yang tulus dan penuh harap. Aroma UGD yang penuh drama, bau rokok di Polresta, dan sekarang... aroma keadilan. Rasanya pahit tapi melegakan, mirip kopi tanpa gula racikan Bos Top.

Keesokan harinya, ia kembali ke desa itu. Bukan sebagai wartawan yang meliput, tapi sebagai Fitrah Nusantara. Seorang pemuda yang merasa berhutang budi. Dana bansos yang berhasil diselamatkan akhirnya disalurkan dengan benar. Tak ada lagi 'proyek pisang goreng' atau 'kopi darat' fiktif.

Di tengah desa, sebuah posko bantuan berdiri ramai. Warga menyambutnya dengan senyum dan doa. Seorang nenek tua, matanya berkaca-kaca, memegang tangannya erat.

"Terima kasih, Nak. Berkat kamu, kami bisa makan layak lagi," bisiknya, tulus.

Fitrah tak bisa berkata-kata. Air matanya menetes. Bukan karena takut atau terancam, tapi karena haru yang dalam. Di detik itulah ia menemukan arti sebenarnya dari profesinya. Ia tak butuh lencana mengkilap atau ponsel canggih. Pengakuan tulus dari rakyat jelata ini jauh lebih berharga daripada penghargaan fiber murah dari kantor.

Ia menatap langit sore yang berwarna jingga. Memang, pertarungan belum usai. Masih banyak Hantu Dana Bansos lain di luar sana. Namun untuk saat ini, keadilan sudah ditegakkan. Hatinya terasa penuh, dan ia siap menghadapi babak selanjutnya, seberat apapun nanti.

(Bersambung – Tawaran dari Dunia Penuh Janji)


Halaman:

Komentar