Gunungan Cangkang Kerang di Utara Jakarta: Ancaman Kesehatan yang Mengendap

- Jumat, 05 Desember 2025 | 07:12 WIB
Gunungan Cangkang Kerang di Utara Jakarta: Ancaman Kesehatan yang Mengendap

Yang sering luput dari perhatian adalah kandungan logam berat dalam kerang, seperti merkuri, kadmium, dan timbal, plus mikroplastik. Dalam jangka panjang, zat-zat berbahaya ini bisa meresap ke tanah dan air, masuk ke rantai makanan, dan akhirnya mengganggu fungsi ginjal, saraf, serta hati. Untuk ibu hamil, paparan tinggi dan terus-menerus berisiko mengganggu perkembangan janin.

Bagi pemukiman yang kebetulan dekat dengan tempat pengolahan, debu halus dari cangkang dan gas pembusukan yang terus-menerus terhirup bisa memicu iritasi saluran napas hingga bronkitis kronis. Kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan penderita asma paling merasakan dampaknya.

Air tanah pun tak luput. Pembuangan limbah masif yang terus berulang bisa merusak kualitas air sumur, baunya berubah, dan risiko infeksi pencernaan akan selalu menghantui. Pada akhirnya, lingkungan yang rusak berimbas tidak langsung pada kesehatan. Saluran air tersumbat picu banjir lokal yang bawa penyakit kulit dan leptospirosis. Pantai yang kotor menurunkan kualitas hidup. Pertumbuhan alga tidak sehat di perairan juga meningkatkan risiko toksin bagi nelayan dan ekosistem.

Lantas, apa yang bisa dilakukan?

Mengubah Sampah Jadi Berkah

Bagi yang menangani isu ini di lapangan, beberapa langkah praktis bisa diterapkan. Kuncinya adalah memutus masalah dari sumbernya.

Pisahkan dan cuci bersih cangkang dari sisa daging. Langkah sederhana ini saja sudah memotong 90% masalah bau dan serangan vektor penyakit. Jemur di bawah matahari untuk membunuh bakteri dan menghentikan pembusukan.

Daripada dibuang, cangkang kerang justru punya nilai ekonomi. Bisa diolah jadi tepung kalsium karbonat untuk pakan ternak, campuran batako atau semen, bahan kerajinan tangan, atau pupuk kapur untuk pertanian. Pendekatan ekonomi sirkular semacam ini tidak cuma mengurangi tumpukan sampah, tapi juga membuka peluang untuk UMKM.

Kalau volumenya sangat besar, perlu penanganan tingkat industri. Misalnya dengan autoclave, sistem pengomposan khusus limbah protein, atau penggilingan menjadi bubuk CaCO₃ yang murni. Intinya, limbah ini tidak harus jadi musibah. Dengan pengelolaan yang cerdas, ia justru bisa berubah menjadi sumber daya yang bermanfaat.


Halaman:

Komentar