Minggu pagi itu, Reno sudah bekerja. Di titik longsor Nagari Palembayan, Kabupaten Agam, anjing K9 berusia delapan tahun lebih itu menyusuri puing dan tanah yang amblas, berusaha menangkap bau kehidupan. Ia mencari korban yang masih hilang. Tugasnya berat, medannya kacau. Namun begitu, ia terus bekerja.
Lalu, sekitar pukul setengah satu siang, sesuatu terjadi. Di tengah penyisiran, Reno mendadak lemas dan tumbang. Ia tak lagi bisa berdiri.
"Sekitar pukul 12.30 WIB, di tengah penyisiran, Reno mendadak lemas dan tumbang,"
Demikian keterangan yang diunggah akun Instagram Baharkam Polri, Kamis kemarin. Tim langsung bergerak cepat. Reno dievakuasi ke klinik hewan terdekat. Sayangnya, upaya medis yang dilakukan tak cukup. Anjing pelacak dari Polda Riau itu akhirnya menghembuskan napas terakhirnya.
Ia gugur dalam tugas kemanusiaan.
Menanggapi kejadian ini, Polda Riau pun memberikan penghormatan terakhir. Reno dimakamkan secara kedinasan, sebuah bentuk apresiasi atas pengabdian panjangnya. Bagi institusi, ia bukan sekadar hewan. Ia adalah satwa operasional yang berdiri di garda terdepan, menjalankan misi-misi yang sarat dengan harapan.
Artikel Terkait
UGM Kembali Revisi Tanggal Kelulusan Jokowi, Kini Jadi 23 Oktober 1985
Mendagri Tito Desak Digitalisasi Bansos: Agar Tepat Sasaran, Tak Lagi Salah Alamat
Indonesia Galang Dukungan Global di WIPO untuk Reformasi Royalti Musik
Bencana atau Kesalahan? Saatnya Gugat Negara dan Korporasi Atas Banjir dan Longsor