Di sisi lain, Muslim juga menyoroti temuan Walhi Sumut. Lembaga itu sebelumnya mengungkap kerusakan serius di hutan penyangga daerah terdampak. Ada dugaan pembukaan lahan besar-besaran, termasuk oleh perusahaan seperti PT Toba Pulp Lestari di Tapanuli. Akibatnya? Daya serap tanah melemah drastis. Air hujan yang turun tak lagi bisa ditahan, langsung mengalir deras menghantam permukiman.
Kerusakan yang meluas ini, ujarnya, berujung pada penderitaan ribuan orang. Korban banjir yang berjatuhan adalah bukti nyata bahwa ekosistem penyangga sudah tak berfungsi.
"Rakyat menjadi korban dari kerusakan yang semestinya bisa dicegah. Mereka yang punya kewenangan sudah seharusnya bertanggung jawab,"
tegas Muslim lagi.
Desakan untuk mengusut tuntas pun kian keras. Masyarakat meminta pemerintah, khususnya Menteri Kehutanan, menelusuri asal-usul kayu gelondongan yang ikut hanyut saat banjir. Temuan itu bagi banyak orang adalah petunjuk jelas. Eksplorasi hutan di Sumatera, rupanya, masih berjalan masif di balik hiruk-pikuk janji pelestarian.
Artikel Terkait
Trump Desak Israel Hentikan Serangan, Puji Langkah Damai Pemerintahan Baru Suriah
Pasca Banjir Bandang, Pidie Jaya Dihantui Krisis Kesehatan dan Kelumpuhan Rumah Sakit
Permintaan Maaf BNPB Hanya untuk Bupati, Korban Banjir Bandang Tapsel Masih Menunggu
Rehabilitasi Prabowo Bebaskan Ira Puspadewi dari Cekal dan Tahanan KPK