Memang, persidangan Netanyahu sudah berlarut-larut nyaris lima tahun. Dia terjerat dalam tiga kasus korupsi yang terpisah, mulai dari dugaan suap hingga penyalahgunaan wewenang.
Tak cuma itu, dia juga dituding mencoba melobi sejumlah media agar pemberitaannya selalu mendukung dirinya. Serius, kasusnya kompleks banget.
Namun begitu, sebagai perdana menteri terlama di Israel, Netanyahu tetap bersikukuh. Dia membantah semua tuduhan itu, berulang kali.
Permintaannya ke Herzog pun terbilang berani: minta ampun total, tanpa syarat mengaku bersalah, dan tanpa penyesalan. Bagi para pengunjuk rasa, ini seperti menginjak-injak proses hukum.
Netanyahu punya argumen sendiri. Dia bilang, "Sebenarnya saya ingin proses hukum berjalan tuntas. Tapi kondisi keamanan dan politik kita, juga kepentingan nasional, memaksa saya untuk mengambil langkah ini."
"Persidangan yang berlarut-larut ini cuma memecah belah kita dari dalam. Memicu perpecahan yang dalam dan memperlebar retakan di masyarakat," dalihnya mencoba melegitimasi permintaannya.
Di sisi lain, bagi para demonstran di jalanan, permintaan itu dianggap sebagai tamparan bagi sistem peradilan dan demokrasi Israel. Mereka khawatir, jika permintaan itu dikabulkan, itu akan menjadi preseden yang sangat buruk.
Artikel Terkait
RUU Penyesuaian Pidana Fokuskan Aturan Khusus bagi Pengguna Narkoba
Pertamax dan Dex Naik, Pertalite Tetap Aman
Puluhan Ribu Paket Bantuan Darurat Dikirim ke Sekolah yang Terdampak Bencana
Prabowo Tinjau Langsung Kerusakan dan Pengungsian di Aceh Tenggara