Yang menarik, informasi dari warga sekitar Pos 10 menyebut bahwa massa pengusir personel TNI didominasi oleh warga dari Bukit Kesuma. Mereka ini adalah masyarakat dari luar kawasan TNTN.
“Warga Dusun Toro Jaya dan Toro Palembang yang tinggal dalam kawasan TNTN justru tidak ikut dalam aksi pengusiran tersebut,” jelas Heru.
Aksi tak berhenti di situ. Massa juga merusak sarana prasarana di Pos 14 Kotis. Plang, tenda TNI, pondok semi permanen semuanya dibongkar dan barang-barang itu dibawa turun ke Kantor Seksi PTN I di Lubuk Kembang Bunga.
Merespon hal ini, Tim Balai TNTN bersama personel TNI langsung memperketat penjagaan di Pos 11, Pos 12, dan Pos 13. Ada kabar burung bahwa massa berencana kembali melakukan pengusiran paksa di pos-pos tersebut. Namun begitu, Heru memastikan bahwa kondisi lapangan hingga saat ini masih bisa dikendalikan.
Di tengah situasi yang serba tidak menentu ini, pendataan masyarakat yang menguasai lahan di dalam kawasan TNTN ternyata masih terus berjalan. Kelompok Kerja I TP2E Provinsi Riau yang menanganinya. Per 19 November 2025, datanya sudah mengumpul. Ribuan kepala keluarga dan ribuan hektare lahan telah tercatat, tersebar di beberapa lokasi seperti Bagan Limau, Kusuma, Lubuk Batu Tinggal, Lubuk Kembang Bunga, dan Air Hitam.
Artikel Terkait
Gelembung Sabun dan Tawa: Potret Bahagia di Sela Hiruk-Pikuk Ibu Kota
Inara Rusli Dijerat Laporan Hukum di Balik Dugaan Skandal Asmara
Kisah Misterius di Balik Kematian Dosen Untag, Polisi Selidiki Keterangan Kekasih
Pencarian Dua Korban Longsor Cilacap Diakhiri, Keluarga Pasrah