Di sisi lain, pemerintah setempat justru menyoroti kelalaian pihak sekolah. Sekretaris pemerintah negara bagian Niger mengungkapkan bahwa sekolah itu tetap beroperasi meski sudah ada peringatan intelijen tentang meningkatnya ancaman penculikan.
Keterangan dari warga setempat, Umar Yunus, memperkuat gambaran kerapuhan keamanan saat itu. Menurutnya, hanya ada pengaturan keamanan lokal. Tak satu pun petugas polisi atau pasukan pemerintah yang berjaga di sekolah ketika penyerangan terjadi.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab. Namun begitu, para analis dan warga lokal punya pendapat. Mereka meyakini kelompok kriminallah yang sering menarget sekolah, wisatawan, dan penduduk desa untuk diculik demi uang tebusan. Motif finansial tampaknya menjadi pendorong utama.
Pihak berwenang mengklaim telah bertindak cepat. Regu taktis dikerahkan, bekerja sama dengan para pemburu lokal, dalam upaya penyelamatan para korban. Operasi pencarian masih terus berlangsung.
Artikel Terkait
Pasangan Suami Istri Hadapi Dakwaan Penyiksaan PMI, Jaminan Ditetapkan 20 Ribu Ringgit
Dandim Mimika Ramaikan Festival Dayung dan Seni Budaya di Pomako
Sekolah Bantah Isu Perundungan terhadap Pelaku Bom SMAN 72
Doa di Sudut Gelap Baghdad: Kekuatan Sebuah Ayat yang Menghukum