Jerit Pilu Para Pahlawan Digital di Warung Kopi Bekasi Utara

- Jumat, 21 November 2025 | 15:00 WIB
Jerit Pilu Para Pahlawan Digital di Warung Kopi Bekasi Utara

Balada Pahit Pengemudi Ojek Online di Bekasi Utara

BEKASI UTARA Warung kopi sederhana di sudut kota ini menjadi saksi bisu. Di antara asap rokok dan aroma kopi sachet, sekelompok pria berseragam hijau dan biru berkumpul. Mereka adalah pengemudi ojek online yang setiap hari berjuang melawan kerasnya kehidupan. Gelak tawa mereka terdengar, tapi itu bukan tanda kebahagiaan. Justru sebaliknya tawa itu pengganti tangis yang tak boleh mereka tunjukkan.

Warung itu sudah seperti rumah kedua. Dari pagi buta hingga larut malam, bangku-bangku kayunya tak pernah sepi. Di sinilah mereka berbagi cerita, saling menguatkan, sambil menatap layar ponsel yang seringkali membisu.

"S," begitu ia dipanggil, dulu bekerja di perusahaan telekomunikasi ternama. Bidang IT. Gaji tetap, masa depan cerah. Tapi gelombang PHK menghempaskannya ke jalanan.

"Dulu saya yang urus sistem. Sekarang saya yang diburu sistem," ujarnya dengan suara lirih, mata tak lepas dari ponsel. "Katanya rezeki dari mana saja... tapi kok aplikasinya makin pelit ya?"

Di sampingnya, Pak Jaja yang hampir berusia 50 tahun mengangguk paham. Ia pernah merasakan enaknya jadi sopir pribadi. Tapi sejak aturan berubah dan ekonomi sulit, ia banting setir jadi ojek online.

"Dari subuh buka aplikasi," ceritanya sambil mengeluarkan uang receh dari saku. "Baru dapet order jam delapan malam. Cuma sepuluh ribu. Buat bensin aja kurang."

Kisah getir datang dari pengemudi lain, juga inisial S. Mantan pekerja Astra dengan gaji bulanan Rp10 juta. Kini, Rp10 ribu saja susah didapat.

"Kalau lagi sial, seharian cuma satu order. Pulang bawa capek, dompet kosong," keluhnya.

Menurutnya, masalah utama ada dua. Pertama, jumlah pengemudi makin membludak. Kedua, sistem aplikasi yang makin tidak ramah pada mitra.

"Dulu ojol itu solusi. Sekarang... pilihan terakhir," tambahnya.

Di antara keluhan tentang sepi order, ada cerita yang bikin geleng-geleng: order fiktif. Pesanan makanan yang setelah dibeli dan diantar, pemesannya hilang bagai ditelan bumi.


Halaman:

Komentar