ASHTAM yang berisi data teknis ini menjadi acuan vital. Dokumen inilah yang digunakan oleh seluruh pemangku kepentingan penerbangan untuk mengambil keputusan—entah itu mitigasi, penyesuaian rute, atau pengaturan lalu lintas udara.
Di sisi lain, informasi yang dikumpulkan NOTAM Office AirNav Indonesia berasal dari berbagai sumber. Mulai dari citra satelit Himawari-8, kamera pemantau, hingga data langsung dari Pusat Vulkanologi (PVMBG).
Menariknya, pada pengamatan terakhir sebelum ASHTAM dirilis, abu di ketinggian tinggi sudah sulit terlihat karena tertutup awan cuaca. Tapi model pergerakan memperkirakan abu tersebut akan melemah dalam beberapa jam ke depan. Sedangkan abu di ketinggian rendah masih terpantau jelas, terus melaju ke arah tenggara.
"Trennya saat ini justru menunjukkan sebaran abu vulkanik semakin menjauh dari bandara-bandara sekitar dan rute penerbangan yang berpotensi terdampak," tutur Hermana. Ia menambahkan, hasil paper test yang dilakukan PT Angkasa Pura Indonesia dan Kantor Otoritas Bandara (Otban) di bandara terdekat seperti Abdurrahman Saleh (Malang), YIA, Adi Sucipto (Yogyakarta), dan Adi Sumarmo (Solo) semuanya negatif. "Alhamdulillah," ungkapnya.
Keselamatan tetap jadi prioritas. Karena itu, AirNav Indonesia terus memperbarui informasi secara real-time kepada pilot dan maskapai. Pemutakhiran jalur penerbangan akan dilakukan jika diperlukan, menyesuaikan perkembangan terbaru dari pusat vulkanik dan satelit cuaca.
Artikel Terkait
Vonispun Menggelitik: Terbukti Korupsi Meski Tak Ada Keuntungan Pribadi
Tragedi di Gaza: 25 Nyawa Melayang dalam Serangan Beruntun
Pramono Anung Pacu Revitalisasi Kota Tua, Targetkan Jadi TOD Baru Ibu Kota
Tito Usulkan Integrasi Layanan Sosial ke Dalam Posyandu