1. Memuji Kompetensi Lawan
Langkah awal Soeharto bukan memarahi Benny, melainkan memuji kemampuan intelektualnya. Namun dalam politik Orde Baru, kata "tapi" yang menyusul pujian lebih mematikan daripada pedang tajam.
2. Mengubah Struktur, Bukan Mengusir Orang
Soeharto tidak menyingkirkan Benny secara langsung. Ia menata ulang ruangan kekuasaan melalui restrukturisasi institusional, atau dalam bahasa sehari-hari: memindahkan kursi tanpa memberi tahu pemiliknya.
3. Mengeringkan Sumber Daya Informasi
Sebagai Raja Intelijen, Benny bergantung pada akses informasi. Soeharto mengalihkan aliran informasi ke saluran lain, membuat Benny seperti petani di ladang yang kekurangan air.
4. Menciptakan Kompetitor Baru
Munculnya figur-figur seperti Try Sutrisno, Feisal Tanjung, dan Edi Sudrajat menciptakan fragmentasi blok kekuasaan. Secara teori, ketika satu singa terlalu kuat, ciptakan beberapa singa baru untuk mengalihkan perhatian.
5. Sanksi Moral dalam Budaya Birokrasi
Soeharto tidak mencaci, hanya menggumam tentang netralitas ABRI. Dalam budaya birokrasi Orde Baru, gumaman presiden setara dengan hukuman administratif tingkat akhir.
Elegansi Kekuasaan: Menang Tanpa Konfrontasi
Soeharto menghindari konfrontasi terbuka bukan karena kelemahan, tetapi karena menganggap konflik sebagai pengganggu suasana batin. Strateginya bersifat:
Sunyi (tidak menciptakan martir), halus (menggeser bukan melabrak), efektif (tokoh kuat kehilangan pengaruh tanpa kehilangan jabatan secara brutal), dan teaterikal (semua tampak wajar seperti proses alam).
Dalam terminologi akademik, ini disebut authoritarian resilience via elite pacification. Atau dalam bahasa sederhana: menang tanpa harus menaikkan volume suara.
Ironi Sang Jenderal: Tersingkir Tanpa Ditembak
Benny Moerdani tidak dipecat secara terbuka, melainkan diposisikan ulang. Ini adalah istilah halus yang mirip dengan memindahkan harimau dari hutan ke kebun binatang sambil mengatakan "ini demi kenyamanan bersama".
Pada akhirnya, Benny tidak dihancurkan, hanya dijauhkan dari pusat gravitasi kekuasaan.
Penutup: Pelajaran dari Kekuasaan yang Terlalu Halus
Pelajaran akademik utama dari gaya politik Soeharto adalah bahwa dalam otoritarianisme modern, kekuasaan terbaik bekerja tanpa terlihat bekerja.
Soeharto berhasil:
- Menghindari konflik elite terbuka
- Tidak menggunakan kekerasan pada internal militer
- Tidak menciptakan martir yang bisa menjadi simbol perlawanan
- Tetap mempertahankan dominasi selama tiga dekade
Sementara Benny Moerdani menjadi contoh ilmiah—dan sedikit tragis—tentang bagaimana aktor paling kuat pun bisa ditarik dari panggung tanpa tepuk tangan, tanpa tirai, bahkan tanpa musik latar.
Artikel Terkait
Amuk Parang di Keramaian Rantau, Satu Warga Terluka Parah
Status Awas, Pendakian Gunung Semeru Resmi Ditutup
Siswa SMP Tewas Usai Dipukul Kursi, Sembunyikan Penderitaan Dema Lindungi Ibu Sakit Jantung
Ancaman Rekrutmen Terorisme Online: Pemerintah Bergerak Lindungi Anak di Ruang Digital