Ini adalah pilihan yang sama sekali tidak logis bagi seseorang yang membutuhkan jalan keluar cepat jika eksperimennya melampaui batas aman.
3. Nihilnya Mekanisme "Self-Rescue"
Konsep fundamental dalam praktik AEA adalah adanya mekanisme penyelamatan diri atau self-rescue.
Pelaku harus bisa membebaskan diri mereka sendiri. Hierarki dalam aktivitas ini juga menjadi pertimbangan penting.
"Kalau orang sudah bermain lakban, dia biasanya melalui tahapan ikatan dulu ya. Mulai ikatan yang simpel, yang halus, yang soft sampai ke lakban-lakban itu sudah hierarkinya sudah paling tinggi. Dan kalau sampai hierarki yang paling tinggi dia tidak punya self rescue ini terlalu aneh menurut saya. tidak konsisten," papar Zoya
Seseorang yang sudah mencapai tahap "bermain" dengan lakban industrial pasti sudah sangat berpengalaman dan akan memiliki sistem penyelamatan yang canggih.
Pertanyaan kunci yang belum terjawab menurut Zoya, "Tangannya dia itu dilakban apa enggak? Ke depan atau ke belakang?"
Jika tangan korban terikat atau tidak mampu menjangkau wajahnya untuk melepas lakban, maka konsep self-rescue sepenuhnya gugur.
Ini lebih mengarah pada tindakan yang dilakukan oleh orang lain.
4. Metode yang Terlalu Ekstrem dan Tidak Lazim
Bahkan jika mengabaikan tiga poin sebelumnya, cara lakban membungkus wajah korban dinilai terlalu ekstrem untuk sebuah praktik AEA.
Tujuan dari aktivitas ini adalah merasakan sensasi kekurangan oksigen, bukan memblokade total aliran udara hingga tewas seketika.
"Avaxiation itu dia mencari suasana-suasana antara momen antara mau matinya itu momen sesaknya... Tapi kalau ini udara pun biasanya dia hanya di sekitar hidung. Enggak mungkin sampai ketutup sepenuhnya. Minimal sampai saat ini saya belum pernah tahu ada kasus yang segitu fullnya," papar Zoya.
Kesimpulannya jelas. Dari perspektif seksologi, skenario kematian Arya Daru tidak sesuai dengan pola AEA.
Kurangnya bukti pendukung, penggunaan alat yang tidak logis, absennya mekanisme penyelamatan diri, dan metode yang terlalu ekstrem secara kolektif membantah spekulasi liar tersebut.
"Versi seksolog kayaknya enggak mungkin deh. Kecuali ada data-data baru ya," tegas sang pakar.
Dengan terpatahkannya teori ini, fokus penyelidikan kembali mengarah pada dugaan yang jauh lebih mengerikan: sebuah pembunuhan berencana yang sengaja direkayasa agar terlihat seperti sesuatu yang lain.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Bayi Ikut Dibawa, Pasutri di Bekasi Malah Tega Curi Motor!
Anak Riza Chalid Borong Rp 176 Miliar Buat Main Golf, Ternyata Duitnya dari Korupsi Minyak Pertamina!
Mengaku Tak Kenal Yaqut, Padahal Bukti Foto Ini Bicara Lain!
Rudi Irmawan Kajati Paling Miskin, Hartanya Tak Sampai Rp 100 Juta? Ini Deretan Kajati Terkaya Lainnya!