"Ini adalah musibah yang datang karena keserakahan manusia, di mana banyak hutan yang digunduli demi kelapa sawit dan lain-lain," tegas Prilly tanpa ragu.
Nah, di sisi lain, Prilly nggak cuma berhenti pada kritik. Ia punya ajakan konkret. Ia merasa, edukasi tentang pentingnya menjaga hutan harus lebih digencarkan, dan media sosial bisa jadi alat yang ampuh untuk itu.
"Jadi ya mulai sekarang kita sebagai rakyat Indonesia yang baik kayaknya udah harus mulai mengedukasi di media sosial kita juga, pentingnya menjaga hutan. Menjaga hutan, menjaga pohon," tuturnya.
Namun begitu, upaya dari masyarakat saja tentu belum cukup. Prilly juga berharap ada kesamaan visi dari pihak pemerintah. Ia ingin langkah menjaga lingkungan jadi komitmen bersama, bukan sekadar wacana.
"Harapannya juga pemerintah bisa mempunyai pikiran dan visi yang sama, sama kita rakyat Indonesia yang ingin menjaga hutan dan bumi," tutupnya.
Memang, sejak akhir November lalu, cuaca ekstrem telah menghantam wilayah Sumatra. Curah hujan yang luar biasa tinggi memicu banjir bandang dan longsor di tiga provinsi sekaligus. Korban jiwa terus berjatuhan, sementara para pengungsi masih berjuang menghadapi trauma dan ketidakpastian. Sebuah tragedi yang, seperti dikatakan Prilly, mungkin bisa kita cegah atau setidaknya kurangi dampaknya jika kita lebih bijak memperlakukan alam.
Artikel Terkait
Davina Karamoy Berdoa untuk Perlindungan Jelang 2026
Jennifer Coppen Tegaskan Prinsip: Saya Takkan Tinggalkan Agama Saya
Habib Usman dan Kartika Putri Hadapi Ujian Cemburu Sang Kakak
Bintang Film Dewasa Bonnie Blue Digelandang Polisi di Bali Bersama 17 Pria