"Indonesia butuh pendekatan strategis," tegas Jeon Ki-Chan, Direktur Ekspor Makanan aT. Alasannya sederhana: populasi besar berarti potensi konsumsi yang tinggi. Ini peluang emas yang sayang untuk dilewatkan.
Di paviliun khusus, 24 perusahaan eksportir K-Food unggulan memamerkan produk terbaik mereka. Mulai dari kimchi yang sudah jadi ikon, aneka mie instan yang sering muncul di drama, berbagai saus, minuman, sampai teh-teh khas Korea. Yang menarik, ada juga organisasi yang fokus pada produk pir, anggur, dan kesemek—buah-buahan yang mungkin kurang familiar di sini.
Tapi yang bikin pengunjung betah adalah cooking show-nya. Delapan menu andalan diperagakan langsung: bulgogi dengan daging yang dibumbui sempurna, kimchijeon yang gurih, japchae dengan tekstur kenyalnya, lalu ada dajganjeong, tteokbokki, dan honey pear ade yang menyegarkan. Mereka nggak cuma memamerkan, tapi juga membagikan resep dalam bentuk buku. Jadi, para penggemar bisa mencoba membuatnya sendiri di rumah.
Yang jelas, K-Food bukan sekadar tren sesaat. Mereka sudah membangun fondasi yang kuat di Indonesia. Dengan kombinasi antara daya tarik budaya pop dan cita rasa yang khas, kuliner Korea tampaknya akan terus merajai hati—dan perut—masyarakat Indonesia untuk waktu yang cukup lama.
Artikel Terkait
Video Call dengan Ammar Zoni Akhirnya Terwujud, Keluarga: Kekhawatiran Mulai Terjawab
Menguak Makna di Balik Lirik Im Like A Bird yang Melejitkan Nama Nelly Furtado
Helwa Bachmid Bongkar Sumpah Palsu dan Janji Umrah Habib Bahar
Video Pernikahan Reza Arap dan Wendy Kembali Viral, Tampilkan Lula Lahfah sebagai Bridesmaid