Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa baru-baru ini membeberkan pandangannya soal arah perekonomian nasional. Untuk tahun 2026, pemerintah tetap berpegang pada proyeksi APBN: pertumbuhan ekonomi akan bertahan di kisaran 5,4 persen. Angka itu bukan harga mati, lho.
Menurut Purbaya, bukan mustahil kita malah bisa mencatatkan pertumbuhan hingga 6 persen di tahun tersebut. Optimisme ini muncul karena sejumlah perbaikan struktural sedang digenjot.
“Tapi gini,” ujarnya, memulai penjelasan dalam konferensi pers APBN KiTA, Kamis (18/12). “Karena saya kan sedang menghidupkan sebuah mesin ekonomi, fiskal sudah mulai jalan, moneter sudah semakin sinkron, iklim investasi yang akan diperbaiki, saya tetap melihat 6 persen bukan angka yang mustahil untuk tahun 2026 walaupun asumsi kita di 5,4 persen.”
Untuk akhir tahun ini, dia memproyeksikan ekonomi tumbuh sekitar 5,2 persen. Lalu bagaimana dengan kondisi global? Purbaya menilai prospek ekonomi dunia tahun 2025 masih cukup tangguh, atau resilience, meski ketegangan dagang AS-China belum sepenuhnya reda.
“The Fed kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 26 basis point,” jelasnya. Langkah ini sejalan dengan eksplorasi pasar dan pelonggaran kebijakan moneter AS yang diproyeksi akan mendorong pertumbuhan global sekitar 3 persen sepanjang 2025-2026.
Di sektor riil, ada kabar baik. PMI Manufaktur Global per November 2025 masih bertahan di zona ekspansi, tepatnya di angka 50,5. Artinya, aktivitas industri dunia belum kehilangan steam.
Namun begitu, dinamika pasar obligasi global tampak beragam. Banyak negara berkembang mencatatkan penurunan imbal hasil (yield), sementara negara maju justru menghadapi kenaikan yield akibat tekanan fiskal yang makin berat.
Artikel Terkait
IHSG Terancam Tembus 8.600, Waspadai Guncangan dari Bank Jepang
Wall Street Meroket Didorong Inflasi Melandai dan Demam AI
ASN Boleh Kerja dari Mana Saja di Akhir 2025, Pemerintah Pacu Pergerakan Ekonomi
Kekayaan 10 Orang Terkaya Dunia Tembus Rp41 Kuadriliun, Elon Musk Pimpin Jauh