Emas Melambung 60%, Saham Tambang RI Tembus 465%

- Rabu, 10 Desember 2025 | 18:15 WIB
Emas Melambung 60%, Saham Tambang RI Tembus 465%

Harga emas dunia sedang mengalami momen yang luar biasa. Sejak awal tahun, logam mulia itu terus meroket, dan dampaknya langsung terasa di Bursa Efek Indonesia. Saham-saham perusahaan yang bergerak di sektor emas pun ikut naik, seiring sentimen positif dari pasar komoditas global.

Data dari Tradingeconomic per 10 Desember 2025 menunjukkan fakta yang mencengangkan. Harga emas dunia telah melesat hampir 60 persen sejak Januari. Bayangkan, dari level USD 2.685 per ons, harganya kini hampir dua kali lipat. Kenaikan fantastis ini tentu saja menarik perhatian banyak pelaku pasar.

Lalu, bagaimana dengan saham-saham emas di dalam negeri? Ternyata, beberapa emiten mencatatkan pertumbuhan yang bahkan lebih gila lagi. Puncaknya ada pada PT Archi Indonesia Tbk (ARCI). Sahamnya melambung tinggi hingga 465,57 persen sepanjang tahun ini, dari Rp244 menjadi Rp1.380 per lembar. Kenaikan itu membuat kapitalisasi pasarnya membengkak ke level Rp34,37 triliun.

Tak kalah menarik, PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) juga menunjukkan performa gemilang. Saham produsen perhiasan ini meroket 345,12 persen, dari Rp328 ke Rp1.460. Valuasi perusahaannya kini mencapai Rp6,72 triliun.

Secara berurutan, ini daftar pertumbuhan harga saham emas dari yang tertinggi:
ARCI: 465,57% (Rp244 > Rp1.380)
HRTA: 345,12% (Rp328 > Rp1.460)
BRMS: 143,78% (Rp402 > Rp980)
PSAB: 125,41% (Rp244 > Rp550)
ANTM: 89,64% (Rp1.545 > Rp2.930)
MDKA: 42,95% (Rp1.595 > Rp2.280)
EMAS: 23,61% (Rp3.600 > Rp4.450)
UNTR: 16,73% (Rp25.700 > Rp30.000)
AMMN: -25,66% (Rp8.475 > Rp6.300)

Dari sembilan nama di atas, tujuh di antaranya memang berbisnis inti di penambangan dan produksi emas. Yang menarik, hanya PT Amman Mineral Internasional (AMMN) yang justru terperosok, mencatatkan penurunan year-to-date.

Namun begitu, jadi juara kenaikan harga bukan berarti ARCI adalah saham emas dengan valuasi termahal. Soal harga relatif, ada metrik lain yang perlu dilihat: Price to Book Value (PBV). Di sinilah ceritanya jadi berbeda.


Halaman:

Komentar