Di sisi lain, kehadiran paviliun ini juga diperkuat oleh sejumlah mitra strategis. Kappi Global (Kapal Api Group), Kailash Group Corp, dan Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) turut ambil bagian. ASKI, dengan dukungan Pertamina Geothermal Energy, bahkan membawa kopi yang diolah memanfaatkan panas bumi sebuah nilai tambah ramah lingkungan. Kehadiran mereka membuktikan bahwa promosi kopi Indonesia adalah kerja kolektif, melibatkan industri hilir, asosiasi, hingga BUMN.
Strateginya jelas: memanfaatkan posisi Maroko sebagai gerbang menuju Afrika Utara dan Eropa. KBRI Rabat aktif mendorong terciptanya kemitraan jangka panjang, mulai dari business matching, kontrak pasokan langsung, hingga rencana buyers’ trip ke Indonesia. Tujuannya satu: menawarkan pasokan yang tak cuma berkualitas, tapi juga berkelanjutan.
Partisipasi ini memang dirancang untuk menunjukkan komitmen Indonesia sebagai mitra yang serius dan bisa diandalkan. Selain business matching, ada juga talkshow barista dan seminar storytelling tentang specialty coffee Indonesia. Intinya, pengunjung diajak memahami narasi dan nilai tambah di balik setiap biji kopi. Suasana semakin meriah dengan pertunjukan Tari Ratoeh Jaroe dari Perhimpunan Pelajar Indonesia di Maroko.
Pada akhirnya, semua ini membuktikan satu hal sederhana namun powerful: secangkir kopi bisa menjadi alat diplomasi yang luar biasa efektif. Ia menghubungkan petani di pelosok Indonesia dengan konsumen dan pelaku industri di Maroko, sekaligus mengeratkan hubungan bilateral kedua negara.
Ke depan, KBRI Rabat menyatakan kesiapannya untuk terus memfasilitasi peluang kerja sama dagang dan investasi, tidak hanya di sektor kopi dan teh, tetapi juga untuk berbagai produk unggulan Indonesia lainnya.
Artikel Terkait
IHSG Tergelincir 80 Poin, Sentimen Negatif Gempur Pasar
Air Borneo Siap Terbang, Sambungkan Sarawak dan Ibu Kota Nusantara
IHSG Tergelincir 80 Poin, Lotte Chemical Anjlok 15%
Ekspor Perikanan Tembus USD 5 Miliar, ASEAN Jadi Pasar Andalan