Nah, data-data tenaga kerja yang mulai ‘mendingin’ ini memicu spekulasi. Mayoritas dari lebih 100 ekonom dalam jajak pendapat Reuters memprediksi The Fed akan memotong suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dalam pertemuan 9-10 Desember nanti. Logikanya sederhana: suku bunga yang lebih rendah biasanya bagus untuk aset seperti emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Tapi semua masih menunggu. Fokus utama pasar sekarang tertuju pada laporan inflasi PCE bulan September, indikator favorit The Fed, yang baru akan keluar Jumat. “Pasar kemungkinan besar akan cukup datar sampai pekan depan. Untuk emas sendiri, kita mungkin akan melihat perdagangan dalam rentang yang sempit dan relatif sepi,” tambah Meir.
Dia juga punya catatan pesimis: emas kecil kemungkinannya akan kembali mendaki untuk menguji level puncaknya di dekat USD 4.400 seperti yang terjadi tahun ini.
Sementara emas stagnan, perak justru mengalami koreksi cukup dalam. Logam putih itu jatuh 2,6 persen ke USD 56,96, setelah sehari sebelumnya sempat menyentuh rekor di USD 58,98. Meski turun hari itu, performa perak sepanjang tahun tetap fenomenal melonjak sekitar 97,3 persen! Kenaikan gila-gilaan ini didorong oleh defisit pasokan, kekhawatiran likuiditas di pasar, dan status barunya sebagai mineral kritis di AS.
Logam lain ikut berwarna merah. Platina melemah 1,7 persen ke USD 1.642,67. Paladium juga tak ketinggalan, turun 1,4 persen menjadi USD 1.440,57. Pasar logam mulia tampaknya memang sedang mengambil jeda, menunggu sinyal lebih jelas dari data inflasi besok.
Artikel Terkait
Pempek Palembang Melanglang Buana, Didorong Layanan Logistik yang Sigap
Harga Minyak Melonjak, CPO dan Timah Justru Tergelincir
Pemerintah Wajibkan Smelter Pasang Alat Deteksi Radiasi
Harga Emas Pegadaian Turun Lagi, Galeri24 dan UBS Sama-sama Merosot