Pemicunya? Arus dana besar-besaran masuk ke ETF emas, investor berhamburan mencari tempat aman, dan imbal hasil obligasi yang terjun bebas. Kombinasi itu bisa jadi bahan bakar yang sempurna untuk rally harga.
Tapi jangan salah, WGC juga mengingatkan soal risiko. Peluang kenaikan memang terbuka lebar, namun emas juga bisa tertekan. Apa pasal? Jika ekonomi AS justru menunjukkan kekuatan lebih cepat dari perkiraan dan inflasi kembali menggila, situasi bisa berbalik arah.
“Dengan dilonggarkannya lindung nilai dan melemahnya permintaan ritel, kondisinya berubah menjadi sangat negatif, mengakibatkan koreksi harga emas antara 5 persen dan 20 persen dari level saat ini,”
Demikian peringatan dari lembaga tersebut.
Perlu diingat, emas sejauh ini punya catatan yang luar biasa. Sepanjang 2025, logam kuning ini mencatat lebih dari 50 rekor harga tertinggi sepanjang masa, dengan imbal hasil melampaui 60 persen. Kinerja gemilang ini tak lepas dari ketidakpastian geopolitik dan ekonomi yang makin tinggi, dolar AS yang melemah, dan momentum positif yang terus berlanjut.
“Baik investor maupun bank sentral telah memperbesar alokasi mereka terhadap emas untuk mencari diversifikasi dan stabilitas,”
Demikian kesimpulan dalam laporan itu. Tampaknya, di tengah dunia yang serba tak pasti, kilau emas masih menjadi daya tarik yang kuat bagi banyak pihak.
Artikel Terkait
Wall Street Merah di Tengah Optimisme Global Jelang Keputusan The Fed
Victoria Insurance Gelar Private Placement Rp13 Miliar, Saham Ditebus Induk Perusahaan
Menteri Bahlil Ancam Cabut Izin Tambang Nakal, Airlangga Siapkan Bantuan UMKM Korban Bencana
IHSG Diprediksi Koreksi Tipis, Empat Saham Ini Jadi Buruan Analis