Menurut laporan terbaru World Gold Council, prospek emas di tahun 2026 tampak cerah. Bahkan, logam mulia ini berpeluang melesat hingga 30 persen. Tapi, tentu saja, dengan satu syarat besar: jika ekonomi global benar-benar limbung dan ketegangan geopolitik makin menjadi-jadi.
Laporan bertajuk Gold Outlook 2026 itu menyoroti beberapa faktor kunci. Pergerakan harga emas tahun depan, kata mereka, masih akan sangat bergantung pada kondisi ekonomi Amerika Serikat dan kebijakan suku bunga The Fed. Belum lagi tensi geopolitik yang masih panas dan sulit diprediksi.
“Harga emas kemungkinan tetap bergerak dalam rentang yang sempit jika kondisi makro saat ini berlanjut,”
Begitu bunyi kutipan dari laporan yang dirilis Kamis (4/12) lalu. Meski pasar terlihat stabil, potensi kejutan tetap mengintai.
Nah, mari kita lihat skenario pertama yang digambarkan WGC. Jika ekonomi hanya mengalami perlambatan ringan, emas diproyeksi naik 5 sampai 15 persen. Kenapa bisa begitu? Rupanya, ini karena dolar AS yang melemah, suku bunga yang turun, dan tentu saja, sentimen mencari aset aman yang meningkat.
“Kombinasi suku bunga yang lebih rendah, dolar yang melemah, serta meningkatnya risiko keraguan dapat menciptakan lingkungan yang tetap mendukung emas. Dalam skenario ini, emas dapat naik 5 persen hingga 15 persen pada 2026,”
Begitu penjelasan mereka.
Namun begitu, skenario yang lebih ekstrem justru bisa mendorong kenaikan yang lebih fantastis. Bayangkan jika pelemahan ekonomi lebih dalam dan risiko geopolitik melonjak. Dalam situasi serba tak menentu itu, emas berpeluang meroket 15 hingga 30 persen sepanjang 2026.
Artikel Terkait
Wall Street Merah di Tengah Optimisme Global Jelang Keputusan The Fed
Victoria Insurance Gelar Private Placement Rp13 Miliar, Saham Ditebus Induk Perusahaan
Menteri Bahlil Ancam Cabut Izin Tambang Nakal, Airlangga Siapkan Bantuan UMKM Korban Bencana
IHSG Diprediksi Koreksi Tipis, Empat Saham Ini Jadi Buruan Analis