Bank Indonesia mengandalkan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) sebagai instrumen pendorong kredit sektoral. Hingga minggu pertama November 2025, total insentif KLM yang disalurkan mencapai Rp 404,6 triliun.
Bank BUMN dan BUSN menjadi penerima terbesar dengan alokasi masing-masing Rp 179,4 triliun dan Rp 179,9 triliun. Sementara Bank Pembangunan Daerah (BPD) memperoleh Rp 39,3 triliun dan KCBA Rp 6 triliun.
Mulai 1 Desember 2025, BI memperkuat implementasi KLM berbasis kinerja dan forward looking dengan tambahan insentif sekitar Rp 18,5 triliun.
Insentif tersebut diarahkan ke sektor prioritas mencakup pertanian, perdagangan, manufaktur, real estate, perumahan rakyat, transportasi, pergudangan, pariwisata, ekonomi kreatif, UMKM, ultra mikro, dan pembiayaan hijau.
Transmisi Moneter yang Belum Optimal
Problem utama yang dihadapi adalah lambatnya transmisi kebijakan moneter. Meskipun BI telah menurunkan BI-Rate sebesar 125 bps sepanjang 2025, penurunan suku bunga perbankan berjalan jauh lebih lambat.
Data menunjukkan suku bunga Indonia sudah turun 203 bps menjadi 4,00 persen per 18 November 2025. Namun, suku bunga kredit nyaris tidak bergerak signifikan. Pada Oktober 2025, bunga kredit tercatat 9,00 persen, hanya turun 20 bps dari awal tahun.
"Penurunan suku bunga perbankan masih berjalan lambat sehingga perlu dipercepat," kata Perry menegaskan.
BI menilai percepatan transmisi menjadi syarat penting agar pelonggaran moneter benar-benar mampu mendorong ekspansi kredit dan pertumbuhan ekonomi secara efektif.
Proyeksi dan Koordinasi Kebijakan
Dengan kondisi saat ini, BI memperkirakan pertumbuhan kredit 2025 hanya akan berada pada batas bawah kisaran 8-11 persen. Penguatan signifikan baru diharapkan terjadi pada 2026.
Untuk mewujudkan target tersebut, Perry memastikan koordinasi dengan pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan terus diperkuat. Fokus utamanya adalah mendorong pembiayaan produktif dan memperbaiki struktur suku bunga perbankan agar lebih kompetitif.
Artikel Terkait
Tarif Listrik PLN Tidak Naik Hingga 2025: Simak Daftar Lengkapnya
RAJA Pacu Ekspansi Agresif, Proyeksi Laba Melonjak dan Target Hara Saham Direvisi Tajam
Rupiah Bertahan di Tengah Badai Ketidakpastian Global, BI Perkuat Strategi Stabilisasi
KAI Commuter Buka Suara Soal Wacana KRL 24 Jam, Ini Kendala Utamanya