Dari Mario Kart ke Fortnite: Bagaimana Game Mengubah Cara Otak Anak Merespons Hadiah

- Kamis, 18 Desember 2025 | 10:18 WIB
Dari Mario Kart ke Fortnite: Bagaimana Game Mengubah Cara Otak Anak Merespons Hadiah

Lichtenstein juga prihatin dengan hilangnya ruang untuk berpikir kritis. Dulu, kalau mentok, kamu harus buka buku panduan, telepon teman, atau coba-coba sampai berhasil. Sekarang? Tinggal buka Google, solusinya langsung tersaji. Ia bandingkan seri Pokémon: yang lawas cuma kasih tutorial singkat dan opsional, sementara versi baru seperti Sun and Moon memaksa pemain melalui panduan panjang yang membosankan.

Di sisi lain, Melissa Gallagher, pekerja sosial klinis dari Victory Bay, punya sudut pandang yang melengkapi. Menurutnya, game 90-an itu punya batas alami. Ada awal, tengah, dan akhir yang jelas. Setelah tamat, ya selesai. Itu mendorong interaksi sosial langsung main bareng di ruang keluarga lalu berhenti untuk istirahat atau aktivitas lain.

Era itu tanpa tekanan media sosial, tanpa endless scroll, dan tanpa peringkat yang membanding-bandingkan. Hasilnya? Tumbuhnya batasan sehat dan kepercayaan diri yang berasal dari penyelesaian tantangan, bukan dari mengalahkan orang lain.

Intinya, filosofi desainnya sudah bergeser total. Dulu fokusnya pada kesenangan dan penyelesaian cerita. Sekarang, ujung-ujungnya soal mempertahankan pemain agar tetap online dan menghasilkan uang.

Memahami perbedaan mendasar ini, bagi Gallagher, krusial bagi orang tua.

Lichtenstein punya kesimpulan yang cukup tajam.

Jadi, ini bukan sekadar nostalgia. Perubahannya nyata, dan dampaknya pada cara berpikir anak-anak jauh lebih dalam dari yang kita kira.


Halaman:

Komentar