Bantuan juga datang dari mana-mana. Tak cuma dari dalam provinsi, tapi juga dari tetangga seperti Riau dan Jambi. Lembaga kemanusiaan dan sejumlah perusahaan nasional turut mengirimkan bantuan melalui posko-posko terpadu yang telah disiapkan.
Penanganan pascabencana ini jelas melibatkan banyak pihak. Pemerintah provinsi dan kabupaten tentu jadi ujung tombak, tetapi mereka didukung penuh oleh BNPB, kementerian/lembaga, TNI, Polri, bahkan anggota DPR RI yang turun langsung melihat kondisi di lapangan.
“Alhamdulillah, seluruh pihak sudah bergerak. Dari pemerintah pusat, DPR, hingga dunia usaha turun langsung membantu. Ini bentuk nyata kebersamaan,” ungkap Gubernur.
Masa tanggap darurat sendiri ditetapkan hingga 8 Desember nanti. Fokusnya jelas: memulihkan akses, menyalurkan bantuan, dan mengembalikan pelayanan dasar untuk masyarakat. Kerusakan yang dicatat pun tidak main-main: 121 jembatan rusak, puluhan kilometer jalan putus, plus kerusakan fasilitas pendidikan, kesehatan, rumah ibadah, dan lahan pertanian.
Menghadapi situasi seperti ini, Mahyeldi menekankan pentingnya bersatu. “Sekarang bukan waktunya saling menyalahkan. Saatnya kita bersatu membantu masyarakat. Sinergi ini harus dijaga agar proses pemulihan dan rehabilitasi berjalan cepat,” tegasnya.
Di akhir pernyataannya, dia mengajak masyarakat di daerah yang selamat untuk ikut membantu. Bantuan tenaga, logistik, atau sekadar dukungan moral, semuanya sangat berarti.
“Kita berharap masyarakat yang tidak terdampak ikut bergotong-royong membantu saudara kita yang sedang tertimpa musibah. Dengan kebersamaan, insyaallah kita bisa pulih lebih cepat,” tutup Mahyeldi.
Artikel Terkait
RSUD Aceh Tamiang Berjuang Bangkit dari Kubangan Lumpur
Gudang di Kalideres Ludes Dihanguskan Si Jago Merah
Menag Umar: Merusak Alam adalah Pengkhianatan terhadap Pesan Langit
Kementerian PKP Siagakan Ratusan Unit Rumah Darurat untuk Korban Banjir Bandang Sumatera