Xiaomi, misalnya, berhasil mencetak rekor penjualan triwulanan lewat Sedan SU7 dan SUV YU7. Sementara itu, SUV C10 dari Leapmotor juga makin banyak dilirik. Mereka menekan Tesla dari segala arah, dari fitur teknologi hingga layanan purna jual yang lebih dekat dengan konsumen.
Menurut sejumlah analis, ketergantungan Tesla pada model-model lama jadi salah satu titik lemahnya. Pasar China bergerak sangat cepat, dan inovasi dari pabrikan lokal seperti tak ada habisnya.
Meski Tesla sudah mencoba strategi diskon dan insentif, nyatanya banyak pembeli lebih memilih EV buatan dalam negeri. Alasannya simpel: harganya lebih terjangkau, fiturnya lebih pintar, dan dukungan layanannya lebih terasa.
Jadi, meski nama Tesla masih besar, tantangan di China rupanya makin berat. Dan ini baru babak awal.
Artikel Terkait
Lemondjin Hadirkan Energi Hardcore dalam Kaset Kolaborasi Internasional
Pemerintah Buka 108 Cekungan Migas, Undang Investor Garap Ladang Baru
Furnitur Indonesia Beralih ke Pasar Baru Hadapi Gempuran Tarif AS
DPR Desak Polisi Tingkatkan Kecepatan Tanggap Kasus Penculikan Anak