Ryuichi Umeshita, Chief Technology Officer Mazda, mengatakan bahwa hal itu bisa dicapai dengan menggabungkan teknologi penangkap karbon dengan bahan bakar terbarukan.
"Pertama, dengan memanfaatkan bahan bakar dari mikroalga yang sudah menyerap CO₂, kami bisa mengurangi emisi sekitar 90%. Kemudian, dengan teknologi penangkap CO₂, kami memulihkan 20% CO₂ dari gas buang," papar Umeshita.
Bahan bakar netral karbon yang mereka gunakan berasal dari alga jenis Nannochloropsis, yang ukurannya sangat kecil, hanya 2–5 mikron. Jenis ini dipilih karena efisiensi produksi lipidnya jauh lebih tinggi dibanding mikroalga lain.
"Jadi totalnya, residu gas buang yang dihasilkan mencapai 110%. Dengan kata lain, kombinasi ini menghasilkan 10% karbon negatif dari CO₂ di atmosfer. Sisa residunya bahkan bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan, suplemen, atau pakan ternak," tambahnya.
Intinya, selain mengejar status netral karbon, kendaraan Mazda yang dilengkapi teknologi ini juga ikut membersihkan jejak karbon di atmosfer sekitar 10% lebih banyak dari yang dikeluarkan.
Namun begitu, perjalanan pengembangan teknologi ini tidak mulus. Mazda mengakui masih ada beberapa kendala yang harus diatasi. Salah satu yang paling menantang adalah menyesuaikan dimensi alat agar tidak justru mengganggu efisiensi bahan bakar kendaraan.
Artikel Terkait
Transformasi Digital Bank Mandiri Pacu Ekosistem Keuangan, Transaksi Tembus Rp22.000 Triliun
Geliat Investasi China di Batang Siap Buka 30.000 Lapangan Kerja
Sorotan Tak Terduga dari Balik Pintu Kamar Hotel
Oxford United Sambut Hangat Comeback Ole Romeny Setelah Absen Panjang