Provinsi Lampung memang terkenal dengan seruitnya yang menggugah selera. Tapi siapa sangka, di balik kuliner khas itu, tersimpan harta karun lain yang tak kalah menggiurkan: alpukat siger. Dari sekian banyak jenis alpukat, varietas yang satu ini benar-benar mencuri perhatian.
Kisahnya berawal dari ketekunan seorang warga biasa, Anto Abdul Mutholib, di Desa Girimulyo, Kecamatan Marga Sekampung. Dengan sabar, Anto mengembangkan bibit dari pohon induk setinggi sembilan meter. Ia menggunakan teknik okulasi, dan hasilnya? Sebuah varietas baru dengan ukuran lebih besar dan rasa daging yang jauh lebih manis.
Varietas unggul ini kemudian diberi nama alpukat siger. Namun, di kantor pemerintah, namanya tercatat sebagai “Ratu Puan” – sebuah singkatan dari Rangkaian Tugas Program Unggulan Agroforestri Nasional, setelah didaftarkan ke Kementerian Pertanian.
Perlahan tapi pasti, bibit alpukat siger mulai menyebar. Tak hanya di Lampung, tapi juga merambah ke Sumatera Selatan. Yang menarik, tanaman ini bahkan dimanfaatkan untuk program rehabilitasi lahan di Register 38 Gunung Balak, Sekampung Udik. Jadi, selain menghasilkan buah, juga membantu memulihkan lingkungan.
Popularitas alpukat siger kemudian mencapai puncaknya dalam perayaan Hari Sumpah Pemuda 2025. Desa Gunung Mas, salah satu penghasil utamanya, membagikan 1.900 buah alpukat kepada masyarakat. Suasana pun menjadi sangat meriah ketika 1.885 orang menyantap alpukat bersama-sama, tepat di atas 57 truk yang berjejer.
Artikel Terkait
Gudang Limbah Oli Ilegal di Gunung Putri Ludes Dilahap Api, Didahului Ledakan Keras
Bantuan Prioritas untuk Balita dan Lansia Tiba di Pengungsian Semeru
Gibran Disambut Tarian Pantsula yang Enerjik di Bandara Afrika Selatan
Lee Yi Kyung Buka Suara: Lapor Polisi dan Ancaman Kejar Pelaku Sampai Jerman