JAKARTA - Jadah tempe membuktikan bahwa kuliner sederhana mampu bertransformasi menjadi ikon gastronomi Daerah Istimewa Yogyakarta. Perpaduan antara jadah dari ketan dan tempe bacem ini tak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menyimpan warisan budaya yang dipegang teguh masyarakat lereng Gunung Merapi.
Selama puluhan tahun, jadah tempe dikenal sebagai hidangan rakyat, terutama di kawasan Kaliurang. Cita rasa khas dan proses pembuatan yang terjaga menjadi kunci lestarinya kuliner ini. Tak heran, hampir setiap wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta menjadikan jadah tempe sebagai oleh-oleh wajib.
Sejarah jadah tempe tak lepas dari kearifan lokal masyarakat pedesaan yang memanfaatkan hasil bumi. Ketan, sebagai bahan pangan mudah didapat, diolah menjadi jadah—semacam lontong ketan yang ditumbuk dan diberi sentuhan garam serta santan. Sementara itu, tempe bacem hadir sebagai lauk tahan lama berkat proses perendaman dalam gula jawa dan rempah.
Awalnya, gabungan keduanya hanya disajikan sebagai hidangan rumahan. Namun, perpaduan rasa gurih, manis, dan legit perlahan menarik minat banyak orang hingga akhirnya diperjualbelikan secara luas.
Artikel Terkait
Suzuki Cetak Sejarah: Produksi 3,2 Juta Unit dan Pacu Ekspor dari Indonesia
BMKG Peringatkan Hujan Guyur Hampir Seluruh Jakarta Pagi Ini
Densus 88 Ungkap Modus Baru: Anak-Anak Direkrut untuk Jaringan Teror Lewat Dunia Digital
Timnas U-22 Bangkit dari Kekalahan, Imbangi Mali dalam Uji Coba Penuh Proses