Prabowo juga menyoroti salah satu praktik yang menurutnya tidak masuk akal, yaitu pemberian bonus atau 'tantiem' kepada jajaran komisaris dan direksi, bahkan ketika perusahaan yang dipimpinnya merugi.
Istilah 'tantiem' yang berasal dari bahasa Belanda itu pun ia kritik karena tidak sederhana.
Dengan tegas, ia menyatakan telah menghapus praktik tersebut.
"Kemarin saya hilangkan tantiem. Tantiem pun saya enggak jelas apa arti tantiem. Rupanya saya cek itu bahasa Belanda, bahasa Belanda, tantiem itu artinya bonus. Kenapa sih nggak pakai istilah sederhana, bonus gitu loh.
Yang repot, perusahaan rugi dikasih bonus komisarisnya. Enak di lo, nggak enak di rakyat, no! coret! Yang nggak mau, alhamdulillah. You nggak mau, out! Get out! Banyak anak muda yang mau masuk (memimpin BUMN)," seru Prabowo.
Sikap tegas ini diambil seiring dengan langkah pemerintah mengonsolidasikan aset-aset negara yang sebelumnya tercecer.
Melalui pembentukan Badan Penyelenggara Investasi (BPI) Danantara, yang merupakan sovereign wealth fund Indonesia, kini terkumpul aset raksasa yang menempatkan Indonesia di jajaran elite dunia.
"Seribu miliar dolar (AS) sovereign wealth fund kita, sekarang, mungkin ke-5 ya, ke-5 di dunia. Norway, China -- China itu sebetulnya punya tiga--, Abu Dhabi, baru kita. Tidak main-main, selama ini tercecer nggak jelas dan banyak yang tidak baik manajemennya," kata Prabowo.
Dengan aset sebesar itu, Prabowo menegaskan tidak akan ada toleransi lagi bagi manajemen BUMN yang boros, tidak efisien, dan menyimpang dari aturan.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
DPR Dapat Rp702 Juta Buat Libur, Ternyata Ini yang Bikin Mereka Rela Tunjangan Rumah Dihapus!
Prabowo vs Geng Solo: Benarkah Rakyat Sudah Muak dengan Para Pejabat?
Prof Ikbar Bongkar Bahaya Legacy Jokowi: Orang Tak Lulus SMP Bisa Jadi Wapres!
Ijazah Jokowi & Gibran Palsu? Iwan Fals Bongkar Fakta Mengejutkan!