Harapannya sederhana: prosesnya berjalan tertib dan aman. Tapi tekadnya besar. Dia tak ingin ini sekadar wacana yang menguap setiap kali pemimpin berganti. Impian untuk melestarikan Gunung Padang harus jadi kenyataan.
"Semoga hari ini bisa terwujud. Kita tidak lagi bicara mana kewenangan Kementerian Kebudayaan, mana kewenangan Pemerintah Provinsi, mana kewenangan Kabupaten. Seluruhnya adalah hak dan kewajiban kita untuk memelihara. Yang membedakan hanya nomenklatur pembiayaan saja," jelas Dedi.
Tak cuma soal teknis dan anggaran, Dedi juga menyelami filosofi di balik namanya. "Gunung itu artinya adalah puncak tertinggi dari sebuah peradaban. Padang itu artinya alam yang luas," ujarnya. Baginya, situs ini adalah ruang di mana leluhur kita dulu memandang alam dengan luas dan menyeluruh.
Dukungan serupa datang dari Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar, Iendra Sofyan. Dengan status baru Gunung Padang sebagai Cagar Budaya Nasional, dia berharap rekonstruksi ini tak cuma mengungkap sejarah, tapi juga mendongkrak pariwisata.
"Kegiatan ini tentu akan menggali lebih dalam informasi sejarah yang dimiliki masyarakat zaman dulu," kata Iendra.
"Ini juga bisa menjadi daya tarik wisata. Terlebih kita sudah didukung dengan akses kereta api melalui program West Java Traincation," pungkasnya.
Jadi, setelah sekian lama, upaya konkret untuk mengangkat kembali kejayaan masa lalu itu akhirnya dimulai. Semoga.
Artikel Terkait
15 Warga China Ditangkap Usai Serang Prajurit TNI di Kalimantan Barat
TNI Mundur Taktis Usai Diserang WNA China di Ketapang
Imigrasi Ketapang Periksa 15 WN China Usai Penyerangan di Tambang Emas
Janji Keliling Dunia dan Gugatan Cerai yang Menggetarkan Rumah Tangga Ridwan Kamil