Angka PHK di Jawa Barat yang mencapai 15.657 kasus sempat menyita perhatian publik. Sorotan itu akhirnya mengarah ke Gubernur Dedi Mulyadi, yang diminta menjelaskan alasan di balik tingginya angka pemutusan hubungan kerja tersebut.
Menanggapi desas-desus, Dedi Mulyadi pun akhirnya angkat bicara. Menurutnya, tingginya angka PHK tak bisa dilepaskan dari dua hal: jumlah industri di Jabar yang memang sangat banyak dan populasi penduduknya yang besar. Data dari Januari hingga Oktober 2025 mencatat, kasus PHK memang mencapai 15.657.
“Logikanya sederhana,” ujar Dedi.
“Jawa Barat kan jumlah perusahaannya banyak. Karena perusahaannya banyak, otomatis kalau ada PHK, angkanya pasti terlihat tinggi. Sangat berbeda dengan daerah yang basis industrinya sedikit.”
Penjelasannya itu ingin menegaskan bahwa angka besar itu adalah konsekuensi wajar dari skala ekonomi provinsinya, bukan semata indikasi kegagalan.
Di sisi lain, Dedi menyebut Pemprov tidak tinggal diam. Upaya percepatan industrialisasi terus didorong, dengan harapan bisa membuka lapangan kerja baru yang lebih luas. Ia memberi contoh konkret: sebuah perusahaan asal China yang baru saja melakukan groundbreaking pabrik di Karawang. Proyek itu, katanya, diperkirakan bisa menyerap sekitar 3.000 pekerja.
Dan itu belum semuanya.
“Tadi malam saya kembali bertemu dengan investor dari Tiongkok,” imbuhnya, menyebut rencana investasi lain di kawasan Sukra, Indramayu.
Artikel Terkait
Hari Kelima Banjir Bandang Padang Panjang, Tim SAR Temukan Korban di Dua Titik
Gubernur Aceh: Banjir Besar Ini Tsunami Kedua yang Lebih Dahsyat
Kepungan Banjir, 16 Warga Sibolga Diamankan Usai Jarah Minimarket
Pedagang Bengkulu Geruduk Balai Kota, Dedi yang Diteriakkan Bukan Gubernur Jabar