Ia melanjutkan, selama dua dekade lebih, DBL sudah akrab dengan berbagai masalah yang dihadapi sekolah dalam membina atlet pelajar.
“Kami sering dengar keluhan dari sekolah-sekolah, terutama negeri, Pak Menteri. Tantangan mereka kami pahami. Karena itu, kami sangat bahagia ada kesempatan kolaborasi ini. Kami yakin ini bisa jadi momentum penting,” tegasnya.
Lalu, kolaborasi seperti apa yang diharapkan? Salah satunya adalah pengakuan resmi dari Kemendikdasmen terhadap prestasi student-athlete di kompetisi DBL. Pengakuan semacam ini, bagi Azrul, bisa membuka pintu lebar-lebar. Misalnya, akses beasiswa di PTN lewat sertifikat kompetisi yang diakui. Dengan begitu, ada mimpi tambahan yang bisa dikejar peserta DBL selain tentunya masuk DBL Camp atau terpilih menjadi bagian dari skuad All-Star.
Dukungan itu penting. Soalnya, skala DBL sudah sangat besar. Bayangkan, dalam 21 tahun, kompetisi ini menjangkau 31 kota dari Aceh sampai Papua. Setiap tahunnya, lebih dari 42 ribu pelajar turun ke lapangan. Mereka berasal dari lebih seribu sekolah, dengan total pertandingan melampaui 2.500 laga.
Skala masif itu buah dari konsistensi. DBL fokus pada pembinaan olahraga pelajar, khususnya basket, dengan misi partisipasi yang kuat. Bukan cuma prestasi. Filosofinya sederhana: nggak semua anak mau jadi atlet profesional, dan jalurnya pun masih terbatas. Tapi semua pelajar berhak punya fisik yang sehat dan kompetisi olahraga adalah salah satu jalur efektif untuk mencapainya.
Perkembangannya pun menarik. DBL lama-lama tumbuh menjadi lebih dari sekadar turnamen. Ia jadi bagian dari industri olahraga yang punya dampak riil. Selain mendorong anak-anak aktif, geliat ini juga memicu pertumbuhan ekonomi di sektor terkait.
Lihat saja. Semakin banyak pelajar main basket, klub-klub baru pun bermunculan. Kebutuhan akan pelatih basket untuk tim sekolah juga melonjak. Imbasnya, honor pelatih basket sekolah mengalami peningkatan yang signifikan. Banyak mantan pemain profesional sekarang menemukan jalan baru sebagai pelatih sesuatu yang dulu jarang terjadi karena ekosistem basket pelajar belum sedemikian hidup.
Jadi, kolaborasi yang digaungkan di arena summit itu bukan sekadar wacana. Ia berpotensi mengukuhkan sebuah ekosistem yang sudah bertumbuh, memberinya pengakuan, dan membuka lebih banyak jalan bagi mimpi anak-anak di lapangan basket.
Artikel Terkait
Persib Juara Grup G, Lolos ke 16 Besar Usai Taklukkan Bangkok United
Ubed Bungkam Malaysia, Pastikan Emas Indonesia di Final Bulu Tangkis SEA Games
Rekomendasi Toko Perlengkapan Olahraga Favorit dari Para Pelari
Delapan Perenang Indonesia Lolos Final, Panen Medali SEA Games 2025 Dimulai