Tito mengungkapkan bahwa kepala daerah terpilih dalam Pilkada memiliki latar belakang yang beragam, tidak hanya dari kalangan birokrat tetapi juga pengusaha, artis, hingga seniman. Kondisi ini memerlukan penguatan kemampuan khusus untuk memimpin daerah dan membuat kebijakan bagi masyarakat yang kompleks.
Indonesia memiliki empat tipologi masyarakat yang lengkap: masyarakat berbasis informasi, industri, agrikultur, dan pra-agrikultur (terisolir). Para pemimpin daerah perlu memiliki kemampuan manajerial dan teknis yang mumpuni untuk menghadapi keragaman ini.
Program Pembelajaran di Dalam dan Luar Negeri
Program KPPD mencakup pembelajaran di Lemhannas untuk memperkuat wawasan Nusantara dan kemampuan manajerial, serta pelatihan teknis pemerintahan di BPSDM Kemendagri. Yang menjadi highlight adalah kesempatan belajar di Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura.
"Rekan-rekan akan mendapat kesempatan yang langka untuk mendapat [materi], meskipun cuma satu minggu di Lee Kuan Yew School of Public Policy yang merupakan bagian dari National University of Singapore dan juga akan melihat on the spot," ungkap Tito.
Pembelajaran di Singapura diharapkan dapat menginspirasi para kepala daerah untuk menerapkan inovasi dan kreasi di wilayah masing-masing setelah menyelesaikan program.
Acara pembukaan KPPD Gelombang II Tahun 2025 ini turut dihadiri oleh Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto, Gubernur Lemhannas RI Ace Hasan Syadzily, Ketua Dewan Pembina Purnomo Yusgiantoro Center Purnomo Yusgiantoro, serta 25 kepala daerah terpilih peserta KPPD Gelombang II.
Artikel Terkait
Gubernur Riau Abdul Wahid Ditahan KPK, Tersangka Pemerasan Rp 7 Miliar
DPR Ancam Tunda Dana BNPB Gara-gara Kepala BNPB Bolos Rapat Bahas Cuaca Ekstrem
Perempuan 20 Tahun di The Breeze BSD Tangerang Selatan Diselamatkan Usai Lompat ke Sungai
Polresta Serang Gandeng Driver Ojol Jadi Mitra Informan Polisi, Ini Tujuannya