Operasi ini menuai berbagai reaksi. Di satu sisi, pemerintah negara bagian Rio memuji operasi ini sebagai sebuah keberhasilan dalam mencegah penguasaan wilayah oleh geng Comando Vermelho (Komando Merah) yang kuat. Di sisi lain, para aktivis dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyuarakan kekhawatiran serius mengenai penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh aparat.
Kondisi di Lokasi dan Kesaksian Warga
Keadaan di lokasi operasi digambarkan sangat mencekam. Warga di favela Complexo da Penha menemukan puluhan jenazah di area hutan pinggiran. Terdapat laporan tentang korban yang dipenggal dan mengalami cacat total, yang memicu kecaman warga yang menyebut kejadian ini sebagai eksekusi, bukan operasi polisi. Seorang perempuan yang enggan disebutkan namanya menyatakan, "Negara datang untuk pembantaian, itu bukan operasi. Mereka datang langsung untuk membunuh."
Skala dan Metode Operasi
Operasi ini melibatkan sejumlah besar personel polisi yang didukung oleh kendaraan lapis baja, helikopter, dan drone. Jalan-jalan di favela berubah menjadi medan pertempuran dengan adanya baku tembak antara polisi dan anggota geng. Sementara itu, geng Comando Vermelho disebut membalas dengan menyita puluhan bus untuk memblokir jalan raya utama dan menggunakan drone untuk menyerang polisi dengan bahan peledak.
Geng bersenjata lengkap ini diketahui telah menguasai sebagian besar wilayah Rio de Janeiro dalam beberapa tahun terakhir, dengan basis operasi utama di favela yang dihuni oleh jutaan penduduk.
Artikel Terkait
InJourney Cetak Skor Hampir Sempurna dalam Keterbukaan Informasi
Bareskrim Selidiki Banjir Kayu Gelondongan di Sumut, Tersangkakan Pencucian Uang
Setahun Berbenah, ASDP Raih Predikat Informatif dari KIP
Bayi 6 Bulan Tewas Dibanting Ayah Kandung di Ciputat