Sebenarnya, ada kesepakatan darurat yang sudah dibuat. Jika ada warga yang meninggal sebelum keputusan final keluar, proses pemakaman akan dikawal aparat. Sayangnya, kesepakatan itu rupanya tak berjalan mulus di lapangan.
“Kami sudah mengawal sejak pagi,” kata Asmara, “tapi kalau tetap dipaksakan justru dikhawatirkan menimbulkan kericuhan. Oleh karena itu diputuskan untuk memindahkan pemakaman.”
Alhasil, jenazah akhirnya dibawa ke makam Praloyo. Jenazah tersebut adalah Khoiruddin, seorang warga Perumahan Surya Kencana yang berusia 77 tahun. Ia meninggal dunia pada Selasa malam lalu.
Keluarga sempat membawanya ke rumah sakit, namun pada akhirnya harus menghadapi situasi yang tak terduga saat pemakaman. Sebuah akhir perjalanan yang berbelit, dimulai dari duka dan diakhiri dengan kerumitan birokrasi yang menyisakan kepahitan.
Artikel Terkait
Ijeck Lengser, Doli Kurnia Tandjung Ambil Alih Pimpinan Golkar Sumut
Pemerintah Gandeng DKI Luncurkan Pelatihan Gig Economy untuk 3.000 Gen Z Tiap Bulan
Pemulihan RSUD di Sumatera Mulai Terlihat, Giliran Puskesmas Disusul
Muarajambi Bangkit: Situs Kuno Sriwijaya Dihidupkan Kembali