Sudah lebih dari seminggu bencana banjir bandang dan longsor melanda Aceh, Sumut, dan Sumbar. Pemerintah kini mengklaim punya titik terang soal pemicu musibah itu. Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, yang mengungkapkannya. Ia bilang, pihaknya bersama kepolisian sedang menelusuri asal-usul kayu gelondongan yang membanjir bersamaan dengan air bah pada 24-27 November lalu.
“Kami sudah ambil sampel kayunya,” kata Raja Juli. Untuk mengidentifikasi, mereka memakai teknologi alat bernama AIKO.
“Sudah ada sampel. Kami punya teknologi sederhana dengan AIKO untuk mengetahui anatomi kayu,” ujarnya dalam jumpa pers bersama Kapolri Listyo Sigit di Mabes Polri, Kamis kemarin.
Namun begitu, paparan sang menteri justru muncul di tengah sorotan pedas dari DPR. Anggota Komisi IV, Usman Husin, secara terbuka menyebut Raja Juli tak paham betul persoalan kehutanan di Indonesia. Dalam rapat kerja, Usman bahkan menyarankan menteri dari PSI itu mundur saja kalau memang tak sanggup.
“Pak Menteri lihat nggak bencana Sumatera? Seharusnya izin semua distop. Pak Menteri harus jelaskan, berapa tahun untuk penanaman ulang? Pohon berdiameter dua meter bisa tumbuh kembali, itu tanggung jawab Pak Menteri. Jangan lempar ke masa lalu,” tegas Usman.
Kritik itu dilontarkan setelah beredar dugaan bahwa Raja Juli memberi izin pelepasan kawasan hutan di Tapanuli Selatan pada akhir Oktober lalu. Tapi sang menteri membantah keras.
Di tempat yang sama, Raja Juli bersikukuh belum pernah mengeluarkan izin semacam itu. Ia mengaku hanya menjalankan arahan presiden untuk menjaga hutan. “Saya setahun jadi menteri, tidak pernah terbitkan izin penebangan satupun. Justru yang saya terbitkan izin untuk restorasi ekosistem,” jelasnya kepada awak media.
Polemik ini dapat sudut pandang lain dari koleganya di DPR. Anggota Komisi IV, Firman Soebagyo, justru membela Raja Juli. Menurutnya, menteri sekarang ini cuma kebagian ‘cuci piring’ dari kerusakan hutan yang sudah terjadi bertahun-tahun.
“Pak Menteri ini cuci piring, makanya saya bela. Perusakan hutan ini kan bukan cuma satu dua tahun. Setelah reformasi, hutan kita sudah hancur,” kata Firman.
Artikel Terkait
Anggota DPR Desak Perbaikan Segera Batang Mangor Pasca Banjir Pariaman
Iran Gelar Latihan Tempur di Teluk, Peringatan Keras untuk Kapal Perang AS
Surat Pilu di Tas Hijau: Permintaan Terakhir Orangtua Bayi di Stasiun Citayam
Enam Relawan Gadungan Raup Rp 1,5 Juta Sehari dari Donasi Palsu