Di tengah derasnya hujan dan kabar duka dari Aceh hingga Sumatera Barat, Ketua MPR RI Ahmad Muzani justru mengajak hadirin untuk merenung. Kekuatan bangsa ini, tegasnya, tak cuma terletak pada infrastruktur atau teknologi. Ia ada pada keteguhan batin dan semangat kebersamaan yang selama ini digaungkan para ulama dan tokoh masyarakat. Nilai-nilai itulah yang menjadi benteng saat menghadapi tantangan, termasuk bencana alam yang belakangan kerap melanda.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam sebuah dialog bertajuk Kekuatan Ideologi Pancasila untuk Perdamaian Dunia, Kamis (4/12) lalu. Acara yang digelar di Gedung Nusantara V Kompleks Parlemen Jakarta itu juga menghadirkan Sekjen Liga Muslim Dunia (MWL), Muhammad bin Abdulkarim Al-Issa. Muzani membuka sambutannya dengan doa untuk korban banjir dan longsor.
"Data terakhir menunjukkan ratusan korban terdampak," ujar Muzani.
Ia menyebut banyak infrastruktur seperti jalan, jembatan, rumah ibadah, dan rumah warga rusak berat. "Kita mendoakan mereka yang meninggal diterima amalnya oleh Allah SWT. Untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga diberi kekuatan," tambahnya dalam keterangan tertulis, Kamis (4/12/2025).
Menurut Muzani, Indonesia memang negeri subur nan cantik, tapi sekaligus rawan bencana. Kemampuan masyarakat menerima musibah sebagai ujian, tak lepas dari peran para kiai dan ulama. Mereka mengajarkan kesabaran, keikhlasan, dan keyakinan bahwa setiap cobaan bisa meninggikan derajat.
"Melalui pengajian dan majelis ilmu, para kiai membentuk ketangguhan masyarakat kita," kata Ahmad Muzani.
Di sisi lain, ia juga menyoroti kekayaan ragam Indonesia. Lebih dari 17 ribu pulau, ratusan suku, dan 713 bahasa daerah hidup dalam satu kesatuan. Sejak merdeka, para pendiri bangsa sudah sepakat untuk bersatu dalam Republik Indonesia. Kesepakatan itu, menurutnya, harus terus dirawat.
"Negara ini memang tidak didirikan sebagai negara agama," tuturnya. "Tapi justru di sini, agama tumbuh subur dan saling memperkuat. Dalam negara Pancasila, menjalankan ibadah sesuai keyakinan bukan cuma boleh, tapi justru memperkokoh persatuan."
Kehadiran Dr. Muhammad Abdul Karim Al-Issa dalam dialog itu disebutnya sebagai kesempatan emas. Dunia bisa melihat langsung bagaimana kerukunan, gotong royong, dan penghormatan pada perbedaan benar-benar hidup di sini. Peran ulama dan pemimpin pesantren, dalam hal ini, sangat besar.
"Para kiai dan ulama itu pemandu rakyat. Mereka hadir untuk kepentingan bangsa, diminta atau tidak. Kami para pejabat negara ini berutang budi pada apa yang mereka lakukan di tengah masyarakat," ujar Muzani.
Ia pun berterima kasih pada Muhammad Al-Issa dan rombongan atas doa serta perhatiannya. "Kehadiran beliau memberi semangat bahwa persahabatan Indonesia dengan dunia Islam tak pernah putus dan terus berkembang," katanya.
Muzani kemudian meminta izin undur diri lebih awal. Ia harus mendampingi Presiden dalam agenda kenegaraan di Istana. "Mudah-mudahan pertemuan dengan Presiden membawa kebaikan dan keberkahan," ucapnya sebelum pergi.
Artikel Terkait
Depok Diguncang Gempa 3,3 Magnitudo pada Dini Hari
Anggota DPR Usman Husin Tantang Menteri Kehutanan: Kalau Tak Mampu, Mundur Saja!
Pramono Anung: Modifikasi Cuaca Harus Merambah Bekasi dan Tangerang
Jaring Sabut Kelapa Karya Warga Binaan Cirebon Tembus Pasar Korea