Pigai Soroti Kemiskinan dan Trafficking Usai Tonton Film Pangku

- Kamis, 04 Desember 2025 | 17:55 WIB
Pigai Soroti Kemiskinan dan Trafficking Usai Tonton Film Pangku

Mengenai trafficking, mantan Komisioner Komnas HAM ini membeberkan modus operandi yang licin. Praktik keji ini seringkali berawal dari kedok pertolongan. Pelaku datang bak malaikat penyelamat, bersikap baik, mendekati korban yang sedang dalam kesulitan.

“Reputasi kemuliaan, kebaikan, lama-lama sudah menjadi pelaku trading, pelaku traffickernya. Memperdagangkan dan menjualbelikan,” sambungnya pria itu.

Fakta pahit lainnya yang ia soroti adalah posisi Indonesia di kancah global. Hingga detik ini, negeri ini masih termasuk dalam kategori "sending countries", atau negara pengirim pekerja.

“Pola-pola ini di Indonesia, di seluruh dunia itu ada yang namanya receiving countries dan sending countries. Indonesia sampai hari ini negara sending countries, negara pengirim pekerja,” paparnya.

Film "Pangku" sendiri mengisahkan perjalanan Sartika, seorang perempuan hamil yang merantau ke wilayah Pantura dan terpaksa terjebak dalam praktik ‘kopi pangku’ sekadar untuk bertahan hidup. Dengan durasi 1 jam 44 menit, film ini menjadi debut panjang Reza Rahadian sebagai sutradara, yang juga turut menulis naskah bersama Felix K. Nesi.

Diperkuat oleh nama-nama seperti Christine Hakim, Claresta Taufan, hingga Lukman Sardi, film ini terinspirasi dari pengalaman pribadi Reza yang dibesarkan oleh ibu tunggal. Sebuah bentuk penghormatan untuk para perempuan dan ibu.

Jalurnya di kancah festival sudah cukup mentereng. Sebelum tayang domestik awal November lalu, "Pangku" lebih dulu melakukan "world premiere" di Busan International Film Festival 2025. Hasilnya? Segudang penghargaan berhasil dibawa pulang, mulai dari KB Vision Audience Award, penghargaan dari kritikus internasional (FIPRESCI Award), sampai Bishkek International Film Festival.

Tak ketinggalan, Claresta Taufan juga menyabet Rising Star Award dari Marie Claire Asia Star Awards. Kini, film ini masuk dalam tujuh nominasi utama Festival Film Indonesia 2025, termasuk untuk kategori film terbaik dan pemeran utama perempuan terbaik. Sebuah awal yang kuat untuk sebuah film yang lahir dari refleksi mendalam tentang negeri ini.


Halaman:

Komentar