"Kita juga kekurangan peralatan masak dan peralatan makanan," tambah Rahmat.
Kalau dirinci, daftarnya semakin runyam. Mulai dari popok bayi, kebutuhan wanita, selimut, kasur, sampai obat-obatan dan P3K. Masker dan vitamin juga termasuk. Rasanya seperti mengisi ulang seluruh persediaan hidup dari nol.
Namun begitu, kebutuhan tak cuma bersifat fisik. Banyak korban, terutama anak-anak, mengalami tekanan psikologis yang berat. Karena itu, selain bantuan fisik, mereka juga sangat membutuhkan dukungan trauma healing dan psikososial. Tenaga pendamping, ruang ramah anak, sampai konseling untuk keluarga terdampak menjadi hal yang tak kalah penting untuk pemulihan jangka panjang.
Bencana yang dipicu curah hujan tinggi ini memang menghantam cukup parah. Longsor, banjir bandang, hingga angin kencang menerjang 16 kecamatan di Agam. Akibatnya tragis: 130 orang meninggal, 71 lainnya masih dinyatakan hilang. Sementara itu, ribuan orang tepatnya sekitar 6.300 warga terpaksa mengungsi, dan puluhan lainnya masih dirawat di rumah sakit.
Situasinya jelas belum stabil. Dan bantuan, dari yang paling teknis sampai yang paling manusiawi, masih sangat dinantikan.
Artikel Terkait
Badung Sehat Diluncurkan, Layanan Kesehatan Warga Digenjot dengan Home Care hingga Aplikasi
Beras Bantuan Berhamburan di Tanah, Warga Tapanuli Utara Berebut
Hong Kong Bentuk Komite Khusus Usut Tragedi Kebakaran Wang Fuk Court yang Tewaskan 151 Jiwa
Pulau Tidung Siap Jadi Primadona Ekowisata Ibu Kota