Setiap 10 Menit, Satu Nyawa Perempuan Melayang di Tangan Orang Terdekat

- Rabu, 26 November 2025 | 11:20 WIB
Setiap 10 Menit, Satu Nyawa Perempuan Melayang di Tangan Orang Terdekat

Untuk mengisi kekosongan informasi ini, UN Women dan UNODC bekerja sama dengan berbagai negara. Mereka menerapkan kerangka statistik 2022 guna memperbaiki cara identifikasi, pencatatan, dan klasifikasi pembunuhan berunsur gender.

Tanpa data yang berkualitas, mustahil mengukur skala dan dampak femisida secara akurat. Data yang baik juga penting untuk merancang respons efektif dan memastikan akses keadilan bagi korban.

Sementara itu, Women's Global Leadership Institute terus menggelar kampanye 16 hari setiap tahunnya, dari 25 November hingga 10 Desember bertepatan dengan Hari Hak Asasi Manusia. Kampanye ini menjadi fondasi bagi inisiatif lain, seperti "Orange the World" dari UN Women yang diluncurkan tahun 2014.

DW Ajak Karyawan dan Publik Bersatu Lawan Kekerasan terhadap Perempuan

Deutsche Welle (DW) turut serta dalam kampanye global Orange the World. Tahun ini, mereka mengajak karyawan berpartisipasi lewat rekaman video singkat di "DW Orange Bench" bangku oranye simbol komitmen bersama.

Karyawan diajak memakai warna oranye, warna simbol kampanye, dan menampilkan pesan dukungan. Mereka bisa menulis pernyataan sendiri dalam bahasa apa pun, atau sekadar duduk di bangku oranye untuk direkam.

"Karena kita ingin menunjukkan sikap yang jelas menentang kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan," begitu penjelasan panitia.

Sebagai dukungan visual, DW mengibarkan bendera bergambar tangan oranye di depan gedung. Mulai 25 November 2025, gedung penyiaran DW juga akan diterangi cahaya oranye setiap malam selama 16 hari, mengikuti semangat kampanye 16 Days of Activism.

Brenda Haas, Wakil Kepala Bidang Kesetaraan Perempuan DW, menekankan pentingnya memperingati hari anti kekerasan di kantor.

"Termasuk kekerasan psikologis. Semua tindakan yang membuat perempuan merasa tidak nyaman, dan tidak ada persetujuan atas tindakan terhadap mereka, baik secara fisik, verbal maupun via online, ini juga termasuk kekerasan karena berdampak bagi mereka, membuat mereka merasa tidak nyaman, mempertanyakan mengapa menjadi target? Kekerasan bisa berbagai bentuk termasuk kekerasan psikologis," tegasnya.

Brenda, yang berasal dari Malaysia, mengungkapkan kekerasan masih terjadi hingga kini karena pengaruh budaya patriarkis dan pendidikan.

"Saya merasa beruntung karena lahir di keluarga beranak tiga perempuan sehingga tak pernah merasakan dibedakan antara saudara. Namun kawan-kawan saya yang punya saudara laki-laki banyak bercerita perbedaan perlakuan orang tua pada mereka. Alasannya hanya karena kamu anak perempuan. Saya rasa pendidikan harus dimulai dari rumah, di mana semua merasakan tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, tidak boleh diperlakukan berbeda berdasarkan gender."

Lewat aksi bersama, DW berharap bisa meningkatkan kesadaran, memperkuat solidaritas, dan mendorong perubahan nyata. Tujuannya satu: dunia yang aman bagi perempuan dan anak perempuan, baik di kehidupan nyata maupun di ruang digital.


Halaman:

Komentar